Minggu, 13 November 2016

Merekonstruksi Minat Baca di Kalangan Anak-Anak

Membaca merupakan salah satu skill kehidupan yang dimiliki manusia. Bahkan merupakan kemampuan yang sangat fundamental namun vital bagi kehidupan kita. Karena esensi dari kita membaca adalah untuk mendapatkan pesan yang terkandung di dalam suatu tulisan (Tarigan, 1984:7). Sehingga ada kecenderungan apabila seseorang rajin membaca, maka akan semakin tinggi wawasannya. Menjadi hal yang wajar ketika pada akhirnya peringkat minat membaca didominasi oleh negara-negara maju, karena dengan pengetahuan yang apik dari warga negaranya membuat status negara tersebut semakin baik dan untuk mendapatkan pengetahuan, maka mereka sangat giat untuk membaca dari berbagai macam sumber. Tidak hanya pengetahuan saja yang bisa didapat dari membaca. Tetapi ada berbagai manfaat lain yang juga penting bagi kita seperti yang digambarkan pada infografis di bawah ini.


Lalu bagaimana dengan posisi Indonesia dalam daftar minat baca sedunia? Cukup miris ketika mengetahui peringkat negeri kita tercinta ini. Karena Indonesia hanya berada di peringkat 60 dari total 61 negara menurut Central Connecticut State University[1]. Alias hanya lebih baik dari Bostwana satu peringkat dan persis di bawah Thailand. Tentu ini bukanlah masalah yang sepele, karena untuk membangun bangsa ini sangat diperlukan sumber daya manusia yang handal. Jika peringkat literasinya saja masih paling akhir, akan sulit membayangkan untuk bisa merubah status Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju di masa depan.

Memilukan bukan, mengetahui Indonesia menempati peringkat kedua terbawah sedunia? Tetapi, apa sih yang menjadi penyebab dari buruknya tingkat literasi di Indonesia? Lewat infografis di bawah ini saya perlihatkan faktor-faktor utamanya.


Dari berbagai sumber yang saya baca, terdapat 6 sebab rendahnya minat baca khususnya di kalangan anak-anak yang seringkali saya temui. Faktor keluarga menjadi peran sentral dari rendahnya minat baca. Jika pada keluarga tersebut tidak mengajarkan atau membudayakan kegiatan membaca, maka anak-anak juga tidak memiliki niat atau keinginan untuk membaca. Walaupun berada di lingkungan yang kondusif untuk menumbuhkan minat membaca, tetapi jika bahan bacaan kurang menarik perhatian anak-anak, maka mereka juga akan kehilangan semangat untuk membaca. Karena mereka merasa bosan. Membaca bisa menjadi kegiatan yang  menyenangkan jika hal tersebut dapat menghibur (sambil menyerap pengetahuan) anak-anak. Bacaan yang tepat bisa berupa majalah bewarna dan bergambar yang unik sehingga dapat menarik perhatian bagi anak-anak.

Faktor ketiga dan keempat cukup berkaitan, terutama bagi para orang tua yang cukup direpotkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehingga tidak terlintas untuk menyediakan bahan bacaan bagi anak mereka. Untuk menyiasatinya, para orang tua biasanya membawa anaknya berkunjung ke perpustakaan di sekitar kediamannya atau juga memanfaatkan jasa perpustakaan keliling. Tetapi, karena adanya keterbatasan dari jumlah perpustakaan sehingga cakupan wilayah yang dapat dijangkau oleh masyarakat semakin sempit.

Faktor berikutnya adalah gangguan dari gadget yang memiliki fitur-fitur menyenangkan seperti game, youtube dan lain-lain. Sehingga, jika anak sudah terlanjur mania dengan game, maka akan sulit mengarahkannya untuk membaca buku. Terkadang, sang anak sampai bisa lupa waktu jika sudah kecanduan main game. Sehingga waktu luangnya untuk membaca buku malah habis digunakan untuk berinteraksi dengan gadgetnya.

Membangun Minat dan Budaya Baca

Sebelum kita membahas cara-cara untuk membangun minat baca di kalangan anak-anak, kita perlu tahu apa yang dimaksud dengan minat dan budaya baca.

Minat baca adalah keinginan hati dari seseorang terhadap suatu bacaan. Lalu budaya baca adalah tindakan seseorang untuk membaca secara rutin dan berkelanjutan.

Berarti, budaya baca bisa muncul jika minat baca sudah ada terlebih dahulu. Jika anak tidak memiliki minat untuk membaca buku, maka mustahil jika anak itu memiliki budaya baca. Sebaliknya, jika anak sangat antusias ketika membaca buku, maka para orang tua hanya butuh untuk mempertahankan hal ini sampai di dalam diri anak sudah tumbuh budaya membaca.

Sehingga, yang menjadi fokus saya dalam pembahasan ini adalah bagaimana untuk menumbuhkan minat baca.

Saya menyimpulkan terdapat 5 langkah dari berbagai sumber yang dijadikan referensi. Lingkungan keluarga menjadi pondasi utama untuk meningkatkan minat baca di dalam diri anak. Orang tua dapat membiasakan anaknya untuk rutin membaca berbagai macam jenis bacaan. Jika orang tua selalu menanamkan kegiatan ini, maka anaknya akan memiliki kecenderungan untuk rajin membaca di kemudian hari.

Dalam usaha para orang tua untuk menumbuhkan minat baca di dalam diri sang buah hati, maka perlu diperhatikan pula jenis bacaan yang disukai atau tidak disukai oleh sang anak. Sehingga orang tua bisa menghindari rasa bosan anak ketika membaca dan dikhawatirkan bisa memadamkan minat bacanya dan dengan bacaan yang tepat, maka minat baca anak akan semakin meningkat seiring dengan banyaknya bahan bacaan yang menjadikannya gembira.

Ketika keluarga sedang mengarahkan anak-anaknya untuk membaca, maka sebisa mungkin untuk menjauhkan hal-hal yang mengganggu kegiatan mereka. Seperti televisi ataupun gadget yang juga menyediakan hiburan. Karena itu memiliki potensi untuk membuat anak-anak meninggalkan buku dan beralih untuk menonton atau bermain gadget.

Setelah dirasa memiliki minat baca yang baik, maka orang tua bisa mengikutkan anaknya untuk mengikuti berbagai acara yang diadakan oleh komunitas yang concern dengan masalah literasi ataupun lembaga yang lain. Hal ini ditujukan untuk menghindari kepenatan si anak karena hanya membaca di dalam lingkungan rumah atau sekolah saja. Selain itu, di dalam berbagai kegiatan tersebut diadakan berbagai macam games maupun lomba. Tentu ini akan menjadi daya tarik bagi sang anak bahwa dari kebiasaan sederhana yang diajarkan keluarganya bisa membawanya untuk mengenal teman-teman yang memiliki minat yang sama dan juga prestasi dari memenangkan lomba-lomba tersebut.

Ketika para orang tua berhasil melalui berbagai tahapan ini (tidak mesti lima tahapan, bisa divariasikan tergantung kondisi anak masing-masing) dan dilakukan secara rutin, maka boleh dikatakan jika orang tua berhasil menanamkan budaya baca kepada si anak. Lalu apa keuntungan apabila banyak generasi muda yang memiliki budaya baca?

Saat ini kita sedang hidup di masa pengetahuan menjadi penggerak utama peradaban dunia. Makin kesini, teknologi yang semakin canggih ditemukan untuk semakin memudahkan aktifitas manusia. Selain teknologi, inovasi menjadi tuntutan yang besar bagi para manusia guna mengembangkan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu. Kedua hal tersebut bisa di dapatkan jika memiliki wawasan yang luas. Untuk mendapatkannya, maka kita harus rajin membaca. Pada akhirnya, generasi yang ditempa untuk memiliki minat dan budaya baca bisa membawa bangsa ini menjadi lebih baik lagi dengan pengetahuan yang didapatkan dari membaca.


Daftar Referensi

Doman, Glenn, How to Teach Your Baby to Read (1991)












[1]http://edukasi.kompas.com/read/2016/08/29/07175131/minat.baca.indonesia.ada.di.urutan.ke-60.dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar