Rabu, 23 September 2015

Sepenggal Kisah dari Desa Lumbung Gabah

17 – 20 September 2015

Akhirnya, aku dan rekan-rekan seangkatanku telah menjalani seluruh rangkaian orientasi fakultas ekonomi dan bisnis. Dimulai dari dua hari orientasi pengenalan kampus, yang memiliki nilai-nilai inspirasi dari para pembicara yang merupakan “orang yang sudah jadi” sekaligus menjadi senior-senior kita di FEB UI. Dilanjutkan dengan paska OPK yang seluruh maba FEB UI mengenakan jakun dan name tag di lingkungan kampus. Setelah itu ada ospek agama yang mengharuskan mahasiswa baru menginap di kelas. Dan yang terakhir, kami menjalani kegiatan Sos Act di Karawang.

Tentu sudah menjadi bagian dari tujuan yang tercantum dalam tri dharma bahwa mahasiswa harus mengabdi kepada masyarakat. Dengan kegiatan yang digelar 4 hari 3 malam, sedikit banyak kami sudah menjalani hal tersebut.

Banyak sekali pengalaman-pengalaman yang kita peroleh ketika tiba di Karawang. Memang awalnya terasa menjengkelkan ketika jam keberangkatan yang molor hingga dua jam (jadwal berangkat jam 1 siang dan kita baru berangkat jam 3 sore). Di perjalanan, kita tertahan oleh kepadatan kendaraan di jalan Lenteng Agung, baru setelah memasuki kolong jembatan daerah Tanjung Barat, bus kita melaju dengan cukup lancar.

Kita baru tiba di tempat pemberhentian bus pukul setengah enam sore. Letak daerahnya cukup jauh dari pintu tol Karawang Timur dan jalur pantura. Sepanjang jalan memandang, akses menuju desa sebenarnya cukup sulit untuk kendaraan sebesar bus dan kendaraan jenis roda empat atau lebih untuk berpapasan tanpa harus mengurangi kecepatan. Namun, untungnya kondisi jalan yang sudah di cor membuat perjalanan menuju desa Darangwolo cukup lancar.

Setelah tiba di shipping point bus-bus rombongan sos act, kami berjalan kaki dengan segala barang bawaan  seperti setelan baju dan berbagai macam makanan yang menjadi bekal di perjalanan. Tidak begitu dekat jarak antara shipping point bus dengan cluster yang kita tinggali. Namun, jika merujuk kepada cluster 4 atau 5, saya pribadi merasa bersyukur bisa menempati rumah penginapan yang strategis.

Saya, ka Bal, Septa, Oka, Gilang, Akbar, dan Ervan mendapati sambutan yang hangat dari si Aa (panggilan sehariannya) yang ditemani perempuan yang diketahui sebagai istri Aa, sang pemilik rumah yang akan kami tinggali beberapa hari kedepan. Lalu dengan sigapnya, Aa langsung menyajikan cemilan kecil kepada kami semua. Selang beberapa saat, muncul pasangan yang perawakannya cukup tua, yang ternyata merupakan orang tua dari Aa.

Kami yang memang sudah kelelahan di perjalanan tadi langsung beristirahat di house fam. Ervan langsung terbaring di kasur pojok. Keadaannya tidak terlalu bagus, bahkan ketika kami masih di FE Ervan sudah terlihat pucat dan lemas. Mayoritas kami juga masih malu-malu untuk melakukan sesuatu di rumah ini. Karena bagaimanapun, kami berada di lingkungan baru yang orang-orangnya masih belum kami kenal.

Namun, dengan kedewasaannya, kak Bal memecah kebekuan situasi dengan berinisiatif untuk mengobrol dengan ayah Aa.

Ternyata, mayoritas anggota keluarga besar Aa bekerja di pabrik baja. Ayah Aa merupakan seorang sekuriti di pabrik tersebut, sedangkan Aa bekerja sebagai pegawai pabrik baja yang sama dengan ayahnya.

Waktu pekerjaan mereka juga bergantian. Si Aa bekerja dua shift, yakni shift pagi dan shift siang yang biasanya dimulai dari pukul 8 hingga 6 sore. Lalu ayahnya bekerja di shift malam, yakni dari jam 11 malam hingga 6 pagi.

Selain pekerjaan menjadi pegawai pabrik, keluarga Aa memiliki mata pencaharian lain. Yakni di bidang pertanian. Ketika musim tanam dan panen tiba, istri dari ayah Aa dan istri Aa sendiri langsung terjun ke sawah untuk mengurus padi. Begitu pula ketika si Aa dan ayahnya memiliki jam kosong juga ikut membantu istrinya di sawah.

Ketika kami sedang asyik-asyikan mengobrol di balkon depan rumah Aa, datang seorang pria paruh baya dengan rambut yang sudah memutih. Bapak ini juga merupakan tetangga dari Aa. Letak rumahnya juga hanya selemparan batu dari balkon yang kami singgahi. Beliau banyak bercerita mengenai kehidupan mahasiswanya di IKIP (sekarang UNJ). Selain itu kami juga sering membahas kejadian-kejadian yang berada di daerah ini, seperti keadaan pemilu di desa Darawolong, hasil panen padi, hingga pengalaman beliau ketika menjadi kepala sekolah.

Jam tanganku sudah menunjukan pukul sebelas malam, satu persatu tuan rumah sudah mulai pamit ke tempatnya masing-masing. Kami segerombolan pun bergegas masuk ke dalam rumah. Lalu, Akbar berinisiatif untuk mandi terlebih dahulu. Setelah beberapa menit terlewati, Akbar balik  ke ruang kami tidur dengan keadaan yang masih belum menunjukan tanda-tanda orang yang sudah mandi.

Keadaan kamar mandi yang seperti itu menjadi alasan Akbar untuk hanya sekedar membasuh mukanya saja. Lalu aku berusaha untuk mengetahui ada apa di kamar mandi tersebut. Ternyata, posisi kamar mandi agak terbuka dan tidak memiliki pintu. Orang yang berada di dapur bisa melihat siapa yang sedang di kamar mandi, karena tembok kamar mandi yang hanya bisa menutupi sebagian wajah hingga ujung kaki.

Keadaan yang seperti itu tidak menyurutkan niatku untuk mandi di malam pertama di desa Darawolong. Karena bagaimanapun, suasana di dalam bus selama perjalanan menuju desa tersebut cukup panas jika bus yang kami tumpangi tidak melaju kencang, maklum kami hanya mengandalkan angina dari luar untuk menyegarkan udara di dalam bus.

Setelah semuanya sudah berurusan dengan hajatnya di kamar mandi, kami langsung bermain kartu remi yang sebenarnya termasuk barang yang tidak diperbolehkan untuk dibawa pada kegiatan sos act kali ini.

Tetapi biarlah, toh dengan bermain kartu juga ada manfaatnya bukan? Bisa membuat orang-orang semakin dekat karena bermain bersama.

Kami tidak terlalu lama bermain kartu di malam ini. Terlebih karena kondisi fisik kami yang membutuhkan istirahat yang cukup untuk meladeni berbagai kegiatan esok hari.

Keesokan harinya, agenda yang kami akan lakukan adalah melukis tas dengan anak-anak SD kelas 6 di pagi hari dan dilanjutkan dengan membuat tong sampah.

Dengan menggunakan pick-up Suzuki Carry, kami menuju lokasi yang sudah direncanakan sebelumnya. Setibanya di sekolah tersebut, kami disambut dengan meriah oleh para siswa-siswi yang telah menunggu di pekarangan sekolah.

Para siswa-siswi sangat antusias sekali untuk mengikuti kegiatan melukis tas ini. Beberapa murid laki-laki menunjukan kecintaannya atas hobinya dengan melukis lambang tim sepakbola asal Bandung yakni Persib. Selain itu ada juga yang suka dengan musik bergenre reggae. Sehingga mereka melukis bendera Jamaika. Kegiatan kami di sini ditutup dengan foto bersama dengan seluruh anggota kelompok dan kelas 6.

Setelah itu kami menunju ke house fam masing-masing dengan menggunakan pick up. Setibanya di house fam. Kami langsung mengambil jatah nanpan nasi yang menjadi menu makan siang kami. Baru setelah itu, kami akan melanjutkan agenda kedua di hari pertama sos act.

Berbeda dengan kegiatan pertama tadi yang menggunakan pick up sebagai akomodasi untuk menuju tempat tujuan. Kali ini kami langsung berjalan kaki menuju sekolah dasar Darawolong.

Untungnya letak SD kali ini tidak begitu jauh. Ketika sampai di sekolah yang dimaksud, banyak sekali rekan-rekan maba FEB 2015 yang berada di lokasi, tidak seperti sekolah sebelumnya yang hanya terdapat kelompok 5 dan 6 saja yang bertugas disana.

Pada sesi 2 kali ini kami memiliki agenda untuk membuat tempat pembuangan sampah. Saya kira kami akan membuat tong sampah dari kayu, tetapi tebakanku salah. Karena di dekat lokasi pembuatan tempat sampah terdapat gundukan pasir dan 2 sak semen.

Setibanya di tkp, beberapa maba dan mentor membuat adukan semen, sedangkan sisanya membantu bapak berusia paruh baya untuk menyusun batu-bata hingga menjadi tempat sampah. Namun, sampai waktu kami sudah habis, ternyata tempat sampah yang dibuat belum selesai. Padahal, mungkin jika dikerjakan oleh orang yang sudah mengerti, mungkin hanya memerlukan waktu sehari saja.

Lalu kami kembali ke housefam dengan kondisi yang agak kotor. Langsung saja kami bergantian untuk mandi. Sehabis semua mandi, beberapa anggota kelompok cewek yang berada di house fam lainnya juga ikut bergabung di house fam laki-laki.

Diawali oleh makan malam bareng, lalu kami bermain kartu remi, namun jenis permainannya berbeda dengan apa yang dilakukan di malam pertama.

Sangat menyenangkan bermain kartu di malam kedua ini. Ketika masing-masing pemain (kartu) meniru hal yang dilakukan oleh pemain yang menang. Selain itu juga ketika ada pemain yang kalah (Lilian), dia harus melakukan sesuatu sebagai bentuk hukuman bagi pemain yang kalah. Ketika itu Lilian harus mengambil foto selfie dengan kelompok yang tinggal di sebelah house fam laki-laki. 

Dilihat dari hasil jepretan foto selfienya, nampak ekspresi para anggota kelompok sebelah terperangah  tanda kaget dengan apa yang dilakukan oleh Lilian. Selang beberapa menit, tiba-tiba datang salah satu anggota kelompok sebelah (Evan namanya). Dia langsung menggombali anggota kelompok kita yang bernama Fira.

“Nama kamu siapa?” tanya Ervan ke Fira.
“Nam ague Fira.” Jawab Fira sedikit ogah-ogahan.
“Kamu tahu nggak kenapa bulan hanya setengah?” Ervan memulai gombalannya.
“Nggak tahu.” Jawab Fira dengan cueknya.
“Karena yang sebelah lagi ada di mata kamu..” pungkas Evan.
“Cieee…” kami spontan meneriaki Fira yang menjadi korban gombalan di malam ini.

Lanjut kita bermain kartu lagi. Sedang enak-enaknya menikmati permainan berlangsung, beberapa diantara kita melihat keluar pagar. Akupun juga ikut-ikutan melihat yang ternyata disana ada seorang cewek (mungkin grup anggota sebelah) yang berjalan pelan sambil menatap kearah kami. Kami yang hanya menatap, tiba-tiba dikejutkan dengan suara lantang cewek tadi.

“Yang namanya Balindo keluar kau!” kira-kira begitulah kalimatnya.

Sesaat, kamipun tampak hening. Lalu kemudian disusul tawa yang memecah keheningan yang meriung sebelumnya.

Ekspresi ka Bal nampak datar sekali, seakan-akan seperti ketinggalan momentum kejadian. Itulah malam yang benar-benar berkesan selama ini.

Kami melanjutkan permainan kartu lagi. Permainan sebentar lagi berakhir, ada beberapa rekanku yang sebentar lagi akan kalah dan brakk!! Lilian terlihat tersungkur ke tanah disaat para pemain lain sudah berlarian ke pekarangan rumah. Akhirnya, Lilian kembali kalah di penghujung permainan ini.
Beberapa diantara kami merumuskan apa hukuman yang tepat untuknya. Daaan bang!! Ide usil beberapa rekanku keluar di tengah malam yang dingin ini.

Hukuman yang dijatuhkan kepada Lilian adalah mirip seperti apa yang dilakukan oleh cewek kelompok sebelah tadi, yakni meneriaki mereka dari depan pagar rumah kelompok mereka.

Ketika Lilian bersiap untuk mengeksekusi hukuman tersebut. FO dari pengurus sos act datang menghadap kami semua. Kami semua sudah dianggap melanggar jam malam (maksimal jam 9) yang sudah diatur oleh mereka (PI). Yahh dengan keadaan terpaksa karena juga terbelit rasa penasaran dengan kejadian yang akan terjadi dengan aksi Lilian, kamipun bubar dengan tertib. Malam yang menyenangkan.

Di hari terakhir sos act, agenda kami adalah kembali ke sekolah dasar yang pertama untuk melakukan penyuluhan. Namun bedanya kami akan berinteraksi dengan anak-anak kelas 1 dan 2. Setelah itu kami akan menanam brokoli di sawah.

Dengan kendaaraan yang sama, kami pun menuju SD yang pertama kali kami kunjungi. Beberapa anak-anak SD kelas 6 masih ingat kami, terutama Lilian yang memiliki banyak “penggemar cilik” di sekolah ini.

Agenda pertama ini cukup banyak. Diawali oleh pemberian materi mencuci tangan, lalu ada permainan kartu (bukan remi yaa), dan diakhiri oleh menyanyi bersama. Selepas itu kami langsung kembali ke house fam masing-masing untuk mempersiapkan kegiatan terakhir.

Setelah beristirahat dan makan siang, kami langsung menuju sawah dengan berjalan kaki. Cuaca cukup terik sekali pada saat itu, ditambah tidak ada tempat berteduh di sawah. Pada awalnya kami dan kelompok lain tidak mau untuk turun ke sawah yang dipenuhi dengan lumpur. Namun beberapa orang mulai mencoba untuk nyebur ke sawah dan hal itu diikuti oleh beberapa orang lainnya. Dan tak terasa, sebagian besar anggota kelompok kami ikut nyemplung di sawah.

Cukup dalam ketinggian dari lumpur itu hingga menyentuh tulang kering (beberapa mencapai lutut). Harus diakui tidak mudah untuk berjalan di jalanan berlumpur, kaki kami harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk melangkah ke depan. Sepanjang mata memandang, ada beberapa orang yang melakukan perang lumpur. Alhasil, mereka keluar dengan keadaan yang sangat kotor.. Namun nampak sebanding dengan keseruan yang mereka dapat.

Sudah selesai menanam brokoli, kami langsung menuju house fam untuk membersihkan badan yang kotor. Setelah itu, kami kembali makan bersama di malam harinya.

Teringat dengan tugas wawancara kepada pemilik rumah inap, kami yang menempati rumah ini langsung meminta Aa dan bapaknya untuk di wawancarai. Dari beberapa pertanyaan yang menjadi daftar pertanyaan, harus diakui memang ada pertanyaan yang agak “menohok” sang narasumber, karena berhubungan langsung dengan kondisi keluarganya. Tetapi, di awal mereka sudah kami beritahu dan kami juga tidak memaksa mereka untuk menjawab pertanyaan yang menurut mereka tidak perlu dijawab.

Sudah sesuai perkiraan, bahwa keluarga Aa ini merupakan orang asli desa Darangwolo. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya ada yang bekerja sebagai buruh di pabrik dan lainnya di pertanian menjadi petani. Biasanya perbulan keluarga Aa mendapatkan penghasilan sebesar 4-5 juta rupiah perbulannya. Tetapi, jika di musim panen, maka mereka mendapatkan pendapatan ekstra sebesar 20 juta rupiah. Biasanya musim panen ini terjadi selama dua kali dalam setahun. Memang mayoritas orang Indonesia masih kesulitan menabung, karena memang kebutuhan hidupnya yang besar dan terkadang pendapatan yang diperoleh keluarga Aa masih belum bisa menutupi pengeluarannya, sehingga terpaksa harus mencari hutangan di koperasi untuk mengimbangi jumlah pengeluaran keluarganya yang memiliki 6 orang anggota.

Harapan sang bapak kepada anaknya adalah supaya anaknya bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat, karena bapaknya merasa tidak mampu untuk mewariskan harta benda kepada anaknya.
Dengan keadaan seperti ini, si Aa belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. Keinginannya beras raskin diperbanyak dari yang sekarang. Lalu ketika musim panen tiba, keluarga Aa menyisihkan setidaknya 6 kuintal beras untuk kebutuhan keluarganya.

Usaha bengkel adalah salah satu cara Aa untuk meningkatkan penghasilan keluarganya. Si Aa beserta keluarganya juga memiliki hubungan yang baik dengan para tetangga. Mahasiswa jaman sekarang menurut keluarga Aa sopan dan ramah. Aa juga menaruh harapan kepada mahasiswa jika perekonomian Indonesia lebih baik lagi kedepannya.

Setelah menyelesaikan rangkaian wawancara, kami langsung menuju dalam rumah yang sedang permainan kartu seperti kemarin. Namun permainan ini tidak berlangsung lama, karena ada permainan truth or truth yang menjadi penutup malam di Darawolong.

Semua orang mendapati giliran untuk menjawab pertanyaan dari masing-masing orang. Namun, yang paling banyak adalah jawaban dari kedua mentor kami yang mereview satu persatu para mentee menteenya.

Oleh ka Bal, aku disebut sebagai orang yang procras. Ya, agak sulit untuk menghilangkan kebiasaan jelek ini. Kalau tidak termotivasi, gangguan ini siap menghantui saya di setiap waktu. Dan tentu saya juga kaget ketika ka Bal memiliki ekspektasi yang besar terhadapku, padahal aku sendiri merasa tidak begitu bertalenta spesial untuk diharapkan sesuatu yang tinggi. Itu dari ka Bal, jika dari ka Tika, di awal ka Tika sudah mengakui jika dia kurang bisa memahami sifat-sifat menteenya. Kurang waktu bersama, itulah yang menjadi salah satu faktor ka Tika kurang bisa memberikan penjelasan panjang lebar terhadap satu persatu dari anggota kelompok kami.

Sehabis segmen truth or truth, aku lupa apa yang kami lakukan. Yang kuingat adalah ketika kami bermain kartu remi (lagi) lalu beberapa staf FO datang kerumah untuk kembali membubarkan kami yang sedang berkumpul. Memang jam sudah menunjukan pukul setengah 12, untungnya mereka tidak marah-marah ketika kami melanggar aturannya lagi.

Malam terakhir ini agak berbeda dengan malam pertama dan kedua. Dimana pada kedua malam pertama kami cekikikan, tertawa riang. Namun, kontras sekali dengan apa yang terjadi di malam ketiga. Dimana ketika ruang tamu rumah inap kami hanya tersisa anggota laki-laki. Ka Bal memulai cerita yang sama sekali aku tidak sadar sebelumnya. Banyak sekali hal-hal yang kemudian terlontar dari mulut ka Bal sepanjang tengah malam itu. Tentu saya pun ‘ngeh’ karena apa yang ka Bal rasakan juga kurasakan sebelumnya. Hal yang membedakan adalah ka Bal sudah mengungkapkan apa yang seharusnya diungkapkan, tetapi saya belum melakukannya. Entah karena saya hanya tidak ingin ‘merusak’ apa yang sudah terjalin, atau karena ada sesuatu yang belum aku miliki (re: nyali). Karena aku yakin, ini bukan trade off yang setiap senin pagi aku dengarkan di kelas. Konsep trade off bukankah kita mendapatkan satu hal yang baik lalu sesuatu yang kita tinggalkan juga nyaris setara dengan sesuatu yang kita dapatkan?


Well, malam terakhir ini memang tidak seriang malam-malam sebelumnya. Namun, di malam yang sendu ini aku sadar jika memang jika kita menginginkan sesuatu, maka kita harus berani mengatakannya. Walaupun pahit yang dirasa. 

06 Car di SDN Darawolong 3

Rabu, 16 September 2015

Makna Islam


Pendahuluan

Kita hidup di dunia ini tentu bukan tanpa arah tujuan. Tujuan kita hidup disini adalah untuk berhamba kepada Allah SWT. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui caranya?
Islam yang merupakan agama yang turun paling akhir diantara agama lainnya merupakan sebuah jawaban atas segala petunjuk kehidupan umat manusia di dunia yang fana ini.
Oleh karena itu, jika kita ingin mengetahui dan mengamalkan petunjuk yang tertera di dalam islam (yang ada di dalam Alquran) maka sebaiknya kita memahami makna yang terkandung dalam Islam itu sendiri. Di bawah ini akan saya uraikan mengenai makna Islam. Jika ada kekurangan baik dalam isi mohon untuk dimaafkan, karena keterbatasan pengetahuan penulis dan referensi yang penulis jadikan acuan untuk membahas topik ini.

Isi
Jika kita ingin mengetahui makna Islam, maka kita bisa melihat dari dua sudut pandang. Yang pertama makna dari sisi bahasa, dan kedua secara istilah.
Secara bahasa, Islam dapat dipahami dari beberapa hal berikut.
1.     Islam berarti “menundukkan wajah”. Pengertian ini dapat ditemukan di dalam Al Qur’an (QS An Nisa’, 4: 125).
2.     Islam berarti “berserah diri”. Pengertian ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an (QS Al Baqarah, 2: 131; Ali Imran, 3: 83).
3.     Islam berarti “suci bersih”. Pengertian ini seperti terdapat dalam Al Qur’an (QS Asy Syu’ara, 26: 89).
4.     Islam berarti “selamat dan sejahtera”. Pengertian ini seperti tertulis dalam Al Qur’an (QS Al An’am, 6: 54).
5.     Islam berarti “perdamaian”. Pengertian ini dapat dilihat dalam Al Qur’an (QS Muhammad, 47: 35).
Selain itu, jika kita tela’ah dari kata Islam itu sendiri, maka itu berasal dari kata aslama-yuslimu-islaman (diambil dari kata dasarnya salima yang berarti selamat, sentosa).  Kata selamat yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia merupakan serapan kata dari bahasa Arab.
Untuk arti dari aslama-yuslimu-islaman selain bermakna selamat dan damai juga memiliki arti tunduk, patuh atau berserah diri.
Dengan demikian, maka Islam memiliki arti yang luas, yakni selamat, damai, sentosa, juga suci, yang diraih dari ketundukan dan kepatuhan yang penuh kepada Pencipta, Allah SWT. (Dr. Kaelany HD.,MA.,2010: 3).
Islam membawa arti: “Damai kepada Pencipta dengan tunduk, patuh, berserah diri sepenuhnya kepada-Nya”. Dan damai, selamat, sentosa, di tengah kehidupan sesama manusia dan lingkungannya dengan menyebarkan kedamaian dan keadilan. Nabi melukiskan:
          “Orang Islam (muslim) itu adalah orang yang selamat orang lain dari tangan dan lidahnya.”
Dalam kehidupan sehari-hari kita juga menyebarkan perdamaian kepada sesama manusia dan utamanya kepada sesama umat muslim melalui ucapan salam: Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh (keselamatan untuk Anda serta rahmat, dan berkah dari-Nya).

ISLAM SECARA ISTILAH
Secara istilah, Islam berarti ketundukan kepada wahyu Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul, khususnya Nabi Muhammad SAW., sebagai hukum Allah, yang membimbing manusia ke jalan lurus menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

ISLAM ITU KASIH SAYANG
Makna  dasar kata “Islam” adalah “damai atau kasih sayang”. Oleh karena itu, seorang beragama Islam atau muslim semestinya penuh dengan kedamaian atau kasih sayang.

ISLAM ITU LIMA PERKARA
Rasulullah saw. pernah ditanya oleh Malaikat Jibril mengenai apa itu Islam. Beliau kemudian menjawab sebagai berikut.
“Islam itu didirikan atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah; mendirikan shalat; membayar zakat; menunaikan ibadah haji, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.” (HR Bukhari)
Islam disebut agama Allah karena asalnya dari Allah, bukan dari manusia. Allah Swt. berfirman dalam Al Qur’an sebagai berikut.
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” (QS Ali Imran, 3: 19)

ISLAM AGAMA PARA NABI
Islam merupakan agama para nabi mulia, dari Nabi Adam a.s. sampai nabi terakhir, Muhammad saw. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. diturunkan juga kepada para nabi lainnya.

DOA PARA NABI UNTUK BERISLAM
Nabi Nuh a.s. berkata, “… dan aku disuruh supaya tergolong orang-orang yang berserah diri kepada Allah.” (QS Yunus, 10: 72)

Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. juga berkata, “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua sebagai orang-orang yang berserah diri kepada-Mu.” (QS Al Baqarah, 2: 128)

Nabi Ya’qub a.s. pun mewasiatkan Islam kepada putra-putranya. “… Hai anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama untukmu,  maka janganlah kamu mati kecuali sedang tetap memeluk agama Islam.” (QS Al Baqarah, 2: 132)

Nabi Musa a.s. menegaskan seperti dinyatakan dalam Al Qur’an. “… maka hendaknya hanya kepada-Nya kamu bertawakal jika kamu benar-benar orang yang berserah diri (kepada-Nya).” (QS Yunus, 10: 84)

Al Qur’an juga menceritakan permohonan Islam Nabi Yusuf a.s. “… wafatkanlah aku sebagai seorang mulsim dan gabungkanlah aku bersama orang-orang yang saleh.” (QS Yusuf, 10: 101)

Nabi Isa a.s. dan para pengikutnya, Hawariyyin, diceritakan dalam Al Qur’an menyatakan diri sebagai muslim. “… Kami beriman kepada Allah dan kami bersaksi sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.” (QS Ali Imran, 3: 52)

Islam adalah agama yang benar. Oleh karena itu, yang bertentangan dengan Islam adalah batil. Hal ini seperti difirmankan Allah dalam Al Qur’an sebagai berikut.
 “… maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan….” (QS Yunus, 10: 32)

ISLAM ITU AGAMA YANG TINGGI
Pemahaman Islam yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya adalah Islam yang memiliki ketinggian tiada yang menandinginya. Al Islaamu ya’luu walaa yu’laa ‘alaihi. Islam itu tinggi dan tiada yang menandinginya.

Islam tidak dapat disamakan dengan agama lainnya. Islam memiliki ciri dan sifat-sifat tertentu yang menggambarkan kehidupan manusia secara keseluruhan. Islam adalah agama yang mengatur hidup seperti makan, minum, tidur, berjuang, bahkan urusan bernegara.

Islam itu adalah hukum-hukum Allah yang terkandung dalam Al Qur’an dan Al Hadits. Islam juga merupakan keselamatan dunia dan akhirat. Artinya, ketika mengajak umat manusia untuk memeluk Islam berarti mengajak kepada keselamatan dunia dan akhirat.


Al Qur’an menyatakan bahwa:

Sesungguhnya agama di sisi Allah (hanyalah) Islam …. Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya. (Ali ‘Imraan 3:19,85).

Al Qur’an menyatakan hal ini karena kata ‘Islam’ itu sendiri berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT Yang Maha Pencipta. 

Selanjutnya Al Qur’an juga menyatakan:
Sesungguhnya orang-orang beriman, orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, barangsiapa yang beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala di sisi Tuhan mereka, tidak ada ketakutan bagi mereka, dan tidak (pula) mereka berduka cita. (Al Baqarah 2:62).

Nah beberapa makna islam adalah :

1. Islam adalah ketundukan Allah menciptakan alam semesta, kemudian menetapkan manusia sebagai hambaNya yang paling besar perannya di muka bumi. Manusia berinteraksi dengan sesamanya, dengan alam semesta di sekitarnya, kemudian berusaha mencari jalan untuk kembali kepada Penciptanya. Tatkala salah berinteraksi dengan Allah, kebanyakan manusia beranggapan alam sebagai Tuhannya sehingga mereka menyembah sesuatu dari alam. Ada yang menduga-duga sehingga banyak di antara mereka yang tersesat. Ajaran yang benar adalah ikhlas berserah diri kepada Pencipta alam yang kepadaNya alam tunduk patuh berserah diri. (QS. 4:125) Maka, Islam identik dengan ketundukan kepada sunnatullah yang terdapat di alam semesta (tidak tertulis) maupun Kitabullah yang tertulis (Alquran).

2. Islam adalah Wahyu Allah Dengan kasih sayangnya, Allah menurunkan Ad-Dien (aturan hidup) kepada manusia. Tujuanya agar manusia hidup teratur dan menemukan jalan yang benar menuju Tuhannya. Aturan itu meliputi seluruh bidang kehidupan: politik, hukum, sosial, budaya, dan sebagainya. Dengan demikian, manusia akan tenteram dan damai, hidup rukun dan bahagia dengan sesamanya dalam naungan ridha Tuhannya. (QS. Al-Baqarah: 38) Karena kebijaksanaanNya, Allah tidak menurunkan banyak agama. Dia hanya menurunkan Islam. Agama selain Islam tidak diakui di sisi Allah dan akan merugikan penganutnya di akhirat nanti. Sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya Ad-Dien yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. 3:19) Sebab, Islam merupakan satu-satunya agama yang bersandar kepada wahyu Allah secara murni. Artinya, seluruh sumber nilai dari nilai agama ini adalah wahyu yang Allah turunkan kepada para RasulNya terdahulu. Dengan kata lain, setiap Nabi adalah muslim dan mengajak kepada ajaran Islam. Ada pun agama-agama yang lain seperti Yahudi dan Nasrani adalah penyimpangan dari ajaran wahyu yang dibawa oleh para nabi tersebut.

3. Islam adalah Agama Para Nabi dan Rasul
Perhatikan kesaksian Alquran bahwa Nabi Ibrahim adalah muslim, bukan Yahudi atau pun Nasrani. (QS. 2:132) Nabi-nabi lain pun mendakwahkan ajaran Islam kepada manusia. Mereka mengajarkan agama sebagaimana yang dibawa Nabi Muhammad saw. Hanya saja, dari segi syariat (hukum dan aturan) belum selengkap yang diajarkan Nabi Muhammad saw. Tetapi, ajaran prinsip-prinsip keimanan dan akhlaknya sama. Nabi Muhammad saw. datang menyempurnakan ajaran para Rasul, menghapus syariat yang tidak sesuai dan menggantinya dengan syariat yang baru. (QS. 3: 84)

Menurut pandangan Alquran, agama Nasrani yang ada sekarang ini adalah penyimpangan dari ajaran Islam yang dibawa Nabi Isa a.s. Nama agama ini sesuai nama suku yang mengembangkannya. Isinya jauh dari Kitab Injil yang diajarkan Isa a.s.. Agama Yahudi pun telah menyimpang dari ajaran Islam yang dibawa Nabi Musa a.s.. Diberi nama dengan nama salah satu Suku Bani Israil, Yahuda. Kitab Suci Taurat mereka campur aduk dengan pemikiran para pendeta dan ajarannya ditinggalkan.

4. Islam adalah Hukum-hukum Allah di dalam Alquran dan Sunnah Orang yang ingin melihat Islam hendaknya melihat Kitabullah Alquran dan Sunnah Rasulullah. Keduanya, menjadi sumber nilai dan sumber hukum ajaran Islam. Islam tidak dapat dilihat pada perilaku penganut-penganutnya, kecuali pada pribadi Rasulullah SAW dan para sahabat beliau. Nabi Muhammad saw bersifat ma’shum (terpelihara dari kesalahan) dalam mengamalkan Islam. Beliau membangun masyarakat Islam yang terdiri dari para sahabat Nabi Muhammad saw yang langsung terkontrol perilakunya oleh Allah dan RasulNya. Jadi, para sahabat Nabi tidaklah ma’shum bagaimana Nabi, tapi mereka istimewa karena merupakan pribadi-pribadi didikan langsung Nabi Muhammad saw.

Islam adalah akidah dan ibadah, tanah air dan penduduk, ruhani dan amal, Alquran dan pedang sebagaimana telah dibuktikan dalam hidup Nabi, para sahabat, dan para pengikut mereka yang setia sepanjang zaman.

5. Islam adalah Jalan Allah Yang Lurus Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup bagi seorang muslim. Baginya, tidak ada agama lain yang benar selain Islam. Karena ini merupakan jalan Allah yang lurus yang diberikan kepada orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah. (QS. 6:153; 45:18)

6. Islam Pembawa Keselamatan Dunia dan Akhirat
Sebagaimana sifatnya yang bermakna selamat sejahtera, Islam menyelamatkan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Keselamatan dunia adalah kebersihan hati dari noda syirik dan kerusakan jiwa. Sedangkan keselamatan akhirat adalah masuk surga yang disebut Daarus Salaam. Allah menyeru (manusia) ke Daarus Salaam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus (Islam). (QS. 10:25) Dengan enam prinsip di atas kita dapat memahami kemuliaan dan keagungan ajaran agama Allah ini. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Islam itu tinggi dan tidak ada kerendahan di dalamnya.” Sebagai ajaran, Islam tidak terkalahkan oleh agama lain. Maka, setiap muslim wajib meyakini kelebihan Islam dari agama lain atau ajaran hidup yang lain. Allah sendiri memberi jaminan. (QS.5:3)

Karakteristik Agama Islam

1.     Ajarannya sederhana, masuk akal, dan praktis.
Sehingga umat manusia mendorong untuk menggunakan kemampuan berpikir dan juga akal dan penalarannya. (QS 3:190;39:9;6:98)



2.     Kesatuan antara kebendaan dan kerohanian
Jika dilihat dari pandangan Islam, kemajuan spiritual bisa dicapai jika manusia berada di tengah manusia lain di dunia dan keselamatan spiritual baru dapat dicapai dengan memanfaatan sumber daya material.

3.     Islam memberi petunjuk bagi seluruh kehidupan manusia
Untuk menjalani kehidupan dunia dengan baik, maka kita perlu mengetahui dan memaknai isi-isi yang terkandung dalam Alquran, karena di dalamnya terdapat petunjuk yang akan membantu umat manusia.

4.     Keseimbangan antara individu dan masyarakat.
Islam mengakui keberadaan sebagai individu dan juga membela hak-hak asasinya, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS 53:39). Namun, di samping itu juga ada hak orang lain di dalam hak pribadi, “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan irang miskin yang mendapat bagian.”(QS 51:19)
.
5.     Islam bersifat menyeluruh dan universal
Islam mengakui dan menganggap setiap orang memiliki tanggung jawabnya masing-masing dan mempunyai kedudukan yang sama sebaga makhluk-Nya. Bahkan Islam menjadmin Tuhan dalam islam adalah Tuhan sekalian alam (QS 1:2).

6.     Ketetapan dan perubahan
Isi dari Alquran maupun Al Sunnah merupakan pedoman yang abadi dari Tuhan dan RosulNya. Pedoman itu sering bersifat umum sehingga memberi kebebasan bagi manusia untuk mengaplikasikannya dengan kondisi situasi, budaya dan geografisnya.

Daftar Pustaka
1.     Alquran

2.     Hadits

3.     Dr. Kaelany HD., MA, Islam Agama Universal, hlm.51.

4.     Mokhtar Stork dan Muhamad Iqbal, Buku Pintar Al Qur’an, hlm. 217.

5.     Dr. H. Iwan Prayitno, Psi., M. Sc., Kepribadian Muslim, hlm. 324.


Minggu, 13 September 2015

Bukan Perjalanan yang Mulus

Di malam yang dingin nan sepi, aku terbangun dari tidurku. Orang-orang disekitarku tersenyum dan menunjukan raut muka bahagia di wajahnya.  Akupun masih belum bisa mengerti kenapa dan apa maksud ini semua.. Aku masih belum bisa berbuat apa-apa selain menangis dan tertidur.

Silih berganti, orang-orang yang ada di sekelilingku bergantian menggendongku. Dari sekian banyak tangan dan badan yang ku singgah, hanya dekapan ibuku yang paling membuatku nyaman. Jika ibuku menawarkan ketentraman kepada diriku, lain halnya dengan dekapan ayahku yang memberikan jaminan keamanan bagiku.

Setelah sekian lama orang-orang bergantian untuk menggendongku. Aku akhirnya sedikit-sedikit untuk menyusuri lantai-lantai di rumahku. Bukan lantai keramik seperti di rumah modern, tetapi hanya batu yang permukaannya sudah dihaluskan. Bahkan, alas di dapur pun hanya berlapis tanah yang sudah sangat keras. Kadang, ketika aku merangkak menuju dapur, suara ibuku lantang sekali terdengar. Sambil berlari, beliau pun langsung menggotongku ke tempat semula.

Melihat orang-orang di sekitarku tidak ada yang berpindah tempat dengan cara sepertiku, lalu akupun berusaha meniru apa yang dilakukan mereka, yakni berdiri. Tidak mudah rupanya, aku masih terlalu takut untuk  berdiri di atas kaki sendiri. Mataku selalu mencari dan menggapai apa yang bisa aku raih dengan tangan mungilku ini.
Berdiri saja tidak cukup. Aku hanya bisa terdiam kaku di tempatku berdiri. Lalu orang-orang terdekatku mulai memancingku untuk berusaha berjalan. Walaupun sebenarnya, aku masih belum kokoh benar dengan kedua kaki kecilku ini, tetapi ibu dan ayahku berusaha untuk menghilangkan kelemahanku ini.

Tidak cukup dengan berlajar jalan di ruang tamu dan ruang tidur, akupun kadang mencuri kesempatan untuk keluar rumah, menuju pekarangan rumah.
Baru kali ini, dengan tanpa siapapun yang membopoh diriku, aku bisa dengan bebas berkeliling di pekarangan rumahku bahwa dunia ini luas. Tidak seperti di rumah yang di sekati oleh tembok kayu, pemandangan yang indah ini malah disekati oleh pohon-pohon rindang dan juga bunga-bunga yang elok.

Sungguh, aku semakin penasaran dengan dunia ini. Lalu, ayah dan juga ibuku mulai sering mengajakku berkeliling desa tempatku tinggal. Di sepanjang perjalanan,  aku disuguhi rumput panjang yang sudah menguning dan ditanam dengan sekat seperti tangga, yang saat ini ku kenali dengan padi dan terasering. Selain sawah, telingaku juga dimanjakan dengan suara derasnya aliran air (yang saat ini ku kenal dengan irigasi) yang kulihat di samping dari lahan sawah tadi. Setelah beberapa jauh jarak perjalananku, lalu aku bisa menemukan bahtera air yang sangat banyak dan besar ukurannya. Ibuku bilang, itu waduk namanya. Yang berguna untuk menghidupi lahan-lahan sawah yang tadi sudah kulihat sebelumnya.

Lama-kelamaan, udara semakin mendingin. Ibuku langsung menyarungi tangan dan juga kakiku dengan kaos tangan dan kaki. Selain itu, aku merasakan perjalanan yang menanjak. Aku dan kedua orang tuaku lalu berhenti di masjid untuk beristirahat. Aku bisa melihat betapa indahnya kebun teh namun sedikit terhalang dengan kabut tipis. Dengan secangkir susu putih hangat, akupun bisa mengurangi rasa dingin yang melanda tubuhku. Lalu, setelah cukup beristirahat, aku dan orang tuaku kembali melanjutkan perjalanan.

Jalanan pun semakin menanjak, dan akhirnya kami tiba di tempat yang orang tuaku maksud. Ketika aku turun dan berjalan mengikuti orang tuaku, air terjun yang tinggi menjulang menarik perhatian mataku. Ibuku bilang, bahwa ini merupakan tempat wisata alam Tawangmangu. Selain itu ada banyak kumpulan kera yang bergelantungan di atas pohon dan menunggu para pengunjung untuk memberikan makanan yang mereka bawa.
Tapi sayangnya, aku ingin bermain di air terjun itu, tetapi karena aku masih kecil jadi tidak aku masih dalam pengawasan orang tuaku Jadi aku hanya bisa menikmati sensasi bermain di air terjun dan memberi makan kera di pohon.

Di sana, aku juga melihat para remaja menggunakan baju mengembang dan helm yang sedang asyik menunggangi perahu karet.
“Itu mereka sedang apa bu?” tanyaku kepada ibuku.
“Ooh, mereka itu lagi main arum jeram dek,” jawab ibuku.
“Adek boleh ngga main itu?” tanyaku balik sambil menunjuk gerombolan remaja yang sedang berselancar itu.
“Kamu belum boleh main itu dek, soalnya kamu masih kecil. Nanti kamu boleh main ya kalo sudah besar,” tolak ibuku.
“Yahhh, padahal aku pengen sekali naik itu bu,” balasku dengan memelas
Jadi, akupun hanya bisa melihat dan merasakan keseruan naik arum jeram dari jembatan yang melintang di atas sungai ini. Teriakan demi teriakan orang-orang yang bermain arum jeram seakan-akan tidak ingin kalah dengan suara derasnya air sungai.

Setelah puas untuk berwisata alam di Tawangmangu, aku dan keluargaku bergegas pulang. Akupun kembali disuguhkan dengan kebun teh yang asri nan hijau. Selanjutnya, giliran lambaian padi yang menguning menandakan bahwa rumahku sudah tidak terlalu jauh lagi.
Hari yang menyenangkan tentunya. Bisa keliling desa dengan kesadaran penuh, membuatku selalu mengingat-ingat hal ini.

Setelah beberapa hari berlalu, akupun diajak keluar rumah lagi oleh kedua orang tuaku. Tentu aku antusias sekali mengetahuinya. Apakah kembali ke Tawangmangu? Atau kah ada tempat baru yang ingin ditunjukan kepadaku? Entahlah, tetapi rasa ketidaktahuanku membuat aku penasaran mengenai destinasi perjalananku pada hari ini.
Kembali, hamparan sawah menjadi pemandangan “wajib” yang harus kulalui ketika aku keluar dari rumahku. Hal yang wajar, karena rumahku ini terletak di pedesaan yang berada di kaki gunung Lawu, sehingga air yang kugunakan sehari-hari sangatlah segar dan masih bisa langsung diminum.

Setelah beberapa saat berlalu, aku tidak menemui kebun teh yang pernah aku lihat pada perjalanan sebelumnya. Sawah pun mulai jarang-jarang terlihat, sebagai gantinya, banyak rumah-rumah yang bangunannya lebih modern jika dibandingkan dengan rumahku, selain itu terdapat “Ibu, kita sekarang kemana? Ketempat kemarin?” tanyaku dengan penasaran.
“Bukan dekk, kita sekarang sedang ingin ke kota,” balas ibuku.
“Emang bedanya kota dengan desa apa ya bu?” tanyaku lagi.
“Bedanya itu, kalo di desa lebih banyak sawahnya, kalau di kota adanya gedung-gedung tinggi. Sawahnya udah jarang-jarang,” jelas ibuku.
“Ooooh itu bedanya..” gumam ku sambil mengangguk.

Motor yang ku tunggangi sedang melewati jembatan yang di bawahnya terdapat sungai yang cukup lebar. “Itu namanya sungai Bengawan Solo dek,” bilang ibuku.
Setelah melewati jembatan, lalu muncullah tulisan yang membentang lebar di atas, bertuliskan “Selamat Jalan Karanganyar” dan selang beberapa saat, aku melihat tulisan “Selamat Datang di Kota Solo”.

Taman Sri Wedari menjadi objek pertamaku di kota Solo. Di taman tersebut, banyak sekali para pedagang yang menjajakan jualannya di pinggiran taman. Mulai dari makanan seperti serundeng, gudeg/krecek, nasi liwet, pecel dan masih banyak lagi. Ada juga penjual mainan anak-anak. Akupun dibelikan balon dan juga nasi liwet karena memang sudah memasuki waktu makan siang.
Beruntung, rindangnya pohon yang berdiri di sekeliling taman membuat udara sejuk. Akupun bisa bermain dengan saudara sepupuku yang juga ikut bersama om dan tanteku.
Tidak lama aku berada di taman ini, ibuku langsung bergegas menggendongku yang tengah terduduk letih di bangku taman. “Mau kemana lagi kita bu habis ini?” tanyaku kepada ibuku.
“Nanti kamu akan tahu dek,” balas ibuku tanpa memberitahu tempat tujuan selanjutnya.

Ternyata, apa yang ibuku katakan tentang perbedaan desa dan kota baru kurasakan dalam perjalanan dari taman Sriwedari. Sejauh mata memandang, agak sulit menemukan ladang sawah yang luas, namun digantikan oleh bangunan kokoh seperti rumah penduduk, pertokoan, pasar dan gedung-gedung lainnya. Kendaraan yang kutemui sangat banyak jika dibandingkan dengan di jalanan depan rumahku yang kalau sudah lewat jam 9 malam nyaris jarang sekali ada kendaraan yang berlalu lalang.

Pasar yang kulihat saat ini jauh lebih rapih dan ramai. Kulihat dari atas motor yang melaju pelan, di sudut lain banyak sekali kerumunan orang yang sama-sama memandang ke satu titik. Sehingga, itu membuat ayahku kembali mengarahkan motornya ke parkiran terdekat.
Ternyata, kerumunan orang tadi untuk melihat tarian. Ditambah dengan musik yang membuat hati menjadi nyaman, membuatku dan orang tuaku sejenak untuk menonton tarian tersebut. Aku mendapat sudut pandang yang bagus karena ayahku rela membopongku ke pundaknya.

Setelah acara selesai, orang tuaku langsung menuju pasar yang aku lihat sebelumnya. Membeli beberapa potong pakaian dan juga makanan. Ibuku bilang, ini merupakan salah satu pasar yang menjadi ciri khas kota Surakarta, yakni Pasar Klewer. Jelas aku tidak mengerti kenapa bisa disebut ciri khas, karena yang aku tahu semua pasar sama saja, walaupun Pasar Klewer ini lebih tertata dan bersih jika dibandingkan dengan pasar yang ada di desaku.
Mungkin, karena sudah semua barang didapati oleh orang tuaku, langsung kami bergegas untuk menuju parkiran motor. “Habis ini kita kemana bu? Tanyaku kepada ibuku.
“Kita pulang saja nak, hari sudah sore,” ibuku membalas.

Sambil di perjalanan, aku merasakan perasaan yang gembira sekali. Yahh mungkin karena biasanya aku hanya melihat sawah dan kebun. Pada perjalanan kali ini aku menikmati sesuatu yang baru.
Jalanan semakin padat di sore ini, kulihat banyak kakak remaja-remaja yang sudah keluar ke jalanan, ditambah dengan maraknya dagangan makanan pinggir jalan yang juga memiliki banyak pelanggan. Satu hal lagi yang sulit kutemui di desaku.

Tiba-tiba, ayahku membelokkan motornya ke jalan yang tidak begitu ramai seperti sebelumnya. Malah, semakin banyak anak remaja yang kulihat di sini. Selang beberapa saat, aku melihat peris di atasku tulisan “Universitas..” yang menyambutku untuk datang kesini.

Aku belum tahu makna kata “Unviersitas”, apakah kota atau desa lain? Setelah motor yang kunaiki melaju dengan pelan, banyak pohon-pohon rindang yang berdiri tegak di pinggir jalan. Untuk kesekian kalinya, kami kembali berhenti. Tempat ini sangat luas, tidak seperti taman yang menjadi tempat kunjungan pertamaku. Banyak juga orang-orang yang berolahraga di sini, seperti berlari, ada yang bermain bulu tangkis, sepakbola, dan juga ada yang berfoto-foto ria.

Sambil duduk-duduk santai di pinggiran jalan, ayah dan ibuku bercerita panjang lebar mengenai tempat yang sekarang kami singgahi. “Sekarang kamu duduk di kursi taman kampus Universitas Sebelas Maret, tempat dimana orang-orang yang insyaAllah sukses dalam kehidupannya nanti nak,” ayahku memulai penjelasannya.
“Selain itu, kampus ini merupakan kebanggaan kota Surakarta dan desa tempat kita tinggal, anak orang-orang mampu secara biaya di desa kita melanjutkan belajarnya disini,” ayahku kembali meneruskan perkataanya.
“Ibu dan juga ayah berharap, jika kamu nantinya duduk di kursi taman ini sebagai mahasiswa di kampus ini. Karena kesempatan kami untuk bersekolah di sini telah lewat, tetapi kamu masih punya kesempatan yang terbuka lebar nak,” ibuku juga menimpali kata-kata ayahku.
“Iya bu, yah. Nanti aku akan sekolah disini, aku janji yaa!” jawabku sambil berjanji kepada orang tuaku.

Matahari sudah semakin redup, hingga saatnya tiba untuk meninggalkan kampus ini dan pulang menuju rumah. Sepanjang perjalanan, aku masih terngiang-ngiang mengenai perbincangan tadi, namun di saat yang bersamaan aku juga sudah berjanji untuk bersekolah disini, bisa memenuhi harapan orang tuaku yang tidak sempat terwujud.

Belum sempat aku untuk mengenakan seragam putih-merah seperti teman-teman di sekitar rumahku, aku harus membantu mengemasi barang-barang yang masih aku perlukan. Berkali-kali aku bertanya kepada ibu, “kita mau kemana bu?”. Namun, ibuku hanya bilang kita akan pindah ke tempat yang lebih baik daripada di sini. Yasudah, aku kembali memasukan barang-barang kesukaanku ke dalam kardus.

Setelah semua sudah tersusun rapih, aku beserta ayah dan ibuku pamitan kepada mbah (kakek dan nenek) dan juga para saudaraku yang ada di rumah. Tidak lama, ada bus kecil yang berhenti di depan pekarangan rumah. Lantas, kami bergegas untuk masuk ke dalam bus tersebut. “Mau kemana pak?” tanya sang supir bus kepada ayahku.
“Ke terminal Tirtonadi mas,” jawab ayahku dengan spontan.

Selang satu jam, aku tiba di tempat yang dimaksudkan oleh ayahku. Setelah menunggu beberapa menit, kami langsung menaiki bus yang ukurannya lebih besar daripada bus yang tadi kunaiki.
Ibuku berpesan, jika perjalanan ini cukup panjang, jadi ibuku menyuruhku untuk tidur saja selama perjalanan.

Aku hanya menghabiskan waktu di perjalanan dengan tidur dan makan saja, ditambah dengan tempat yang tidak begitu luas membuat perjalanan ini terasa panjang sekali.
“Bangun nak, kita sudah sampai,” ujar ibuku seraya mencubit pipiku supaya bisa bangun.
“Ini di mana bu?” tanyaku penasaran.
“Kita di kota Depok nak,” jawab ayahku.

Sekilas, ketika aku menjejakan kaki di kota ini, benar-benar beda sekali dengan kota Surakarta. Banyak sekali sampah yang berserakan di jalanan, kendaraan yang jumlahnya banyak sekali hingga sulit untuk bergerak, hingga cuaca yang lebih panas jika dibandingkan dengan di desaku

Setelah berjalan beberapa langkah, kami langsung menaiki sebuah mobil yang di desa dinamakan angkutan desa. Kepadatan kendaraan di kota Depok membuat perjalanan agak sedikit memakan waktu lebih lama, tapi aku juga penasaran untuk mengetahui setiap jengkal sudut kota yang aku kunjungi ini.

Akhirnya, aku dan orang tuaku tiba di depan pintu rumah yang sederhana ini. Ukurannya jelas jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan rumahku yang ada di desa. Selain itu, jarak antar rumah sangat berdekatan sekali, berbeda dengan di desa yang dipisahkan dengan pekarangan yang luas.
Belum sempat aku mengelilingi kota ini, aku harus pergi ke sekolah pertamaku. Namanya adalah SDN Beji 7. Di sana, aku bertemu dengan teman-teman yang tidak pernah kutemui sebelumnya. 

Namun, selama bersekolah di sana, aku merasa bahagia karena ternyata teman-teman di sekolahku sangat ramah dan menyenangkan. Cukup banyak pengalaman dan kejadian seru (dan mengharukan) ketika aku bersekolah di Beji 7.

Setiap berangkat sekolah, saya dan juga rekan saya harus melewati rumah yang memiliki anjing. Ketika apes, aku dan rekanku bisa dikejar-kejar oleh anjing tersebut. Sampai di kelas, aku dan rekanku dianggap mencuri start olahraga duluan.

Dengan komposisi kelas yang tidak berubah selama enam tahun, aku dan teman-teman kelasku sudah mengerti luar dalam masing-masing dari kita. Selain ikatan pertemanan kami, para orang tua kami pun juga memiliki hubungan yang akrab karena sering bertemu untuk menunggui kami ketika di sekolah.

Lulus dari SDN Beji 7, aku bersyukur bisa diterima di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Depok yang letaknya dekat dengan rumahku. Banyak sekali teman-teman dari SDN Beji 7 yang masih kutemui di sekolah ini. Selama tiga tahun saya bersekolah di sini, Menurutku di kelas sembilan lahh yang menjadi momen berkesan selama bersekolah di tingkat SMP. Karena ketika mejalani masa-masa terakhirku di jenjang pendidikan menengah pertama, aku dapat bertemu dengan kawan-kawan yang memiliki hobi dan minat yang sama, yakni sepakbola. Dari minat dan hobi yang sama tersebut lah kami bisa menyatu. Hal tersebut di deklarasikan dengan lahirnya sebuah nama “Rajagobal” yang merupakan sebuah tim futsal di kelas Sembilanku dulu. Namun, saat ini kami sudah jarang untuk bermain futsal seperti dulu karena kesibukan masing-masing dari kami. Namun, dari itu kami juga tetap masih mengusahakan untuk bertemu, berkumpul satu sama lain ketika hari liburan tiba.

Ternyata, setelah pengumuman hasil ujian nasional SMP dikeluarkan, nilaiku tidaklah begitu baik, walaupun tidak buruk juga. Tetapi nilai yang kuraih tidak bisa mengantarkanku kepada satu kursi di sekolah menengah atas negeri yang ada di kota Depok. Sehingga, SMA swasta yang letaknya tidak begitu jauh jaraknya dari rumahku menjadi tempatku bersekolah untuk jenjang atas.

SMA Sejahtera 1 Depok, itulah sekolah yang kumaksud. Ada banyak teman yang kukenal di SD dan SMP yang melanjutkan studi di sini. Eki, Farid, Luthfan dan Winda merupakan temanku dari SD dan SMP yang satu SMA denganku. Membayangkan bersama mereka untuk dua belas tahun berada dalam satu sekolah yang sama benar-benar suatu keunikan sendiri, terutama juga dengan Winda yang merupakan teman sekelasku di taman kanak-kanak.

Selain itu, ada dua kawanku dari Rajagobal yang bersekolah di SMA Sejahtera 1 Depok, yakni Ardi dan Feris. Namun, selama tiga tahun menempuh pendidikan di sana, aku hanya sekelas dengan Eki, itupun hanya setahun, di tingkatan teratas jenjang pendidikan sekolah.

Namun, walaupun hanya setahun, tetapi momen-momen yang kulalui benar-benar sangat mengesankan. Baik canda tawa, semua aku rasakan di masa putih abu-abu ini.

Di masa yang seharusnya kami mempersiapkan untuk fokus terhadap ujian, kami sekelas beberapa kali membuat masalah terhadap guru pengajar hingga bimbingan konseling (untung saja tidak sampai kepala sekolah). Tetapi, hal-hal konyol yang kami lakukanlah yang membuat hari-hari di SMA ku makin bewarna. Untungnya, menjelang bulan ujian nasional, kami semua sadar untuk waktunya serius mempersiapkan ujian.

Saat input nama perguruan tinggi negeri untuk jalur undangan, aku benar-benar bingung mengenai pilihan kampus mana yang aku cantumkan di daftar pilihan. Aku ingat, bahwa aku punya janji dengan orang tuaku bahwa aku akan kuliah di UNS Surakarta. Tetapi, kampus yang dekat sekali dengan rumahku (hanya membutuhkan tujuh menit jika naik motor) yakni Universitas Indonesia, juga memiliki daya tarik sendiri (siapa sih yang menolak untuk bisa kuliah di UI?).

Akhirnya, aku memilih UNS dengan program jurusan manajemen dan ekonomi pembangunan sebagai pilihan satu dan dua. Lalu di urutan terakhir, aku cantumkan Universitas Padjajaran dengan ilmu politik sebaga prodinya. Aku harus mengorbankan UI pada pilihan kampus di jalur SNMPTN ini, karena jatah untuk mengambil kampus di luar daerah sudah kuhabiskan untuk UNS (UI termasuk region DKI Jakarta ketika aku mendaftar di SNMPTN tahun 2014).

Setelah selesai melalui proses SNMPTN, aku tetap belajar guna mempersiapkan hal yang terburuk (tidak diterima) pada seleksi non tes tulis ini.

Hari itu tiba, setelah nilai ujian nasional terbit terlebih dahulu minggu lalu, pada pukul lima sore ini akan diumumkan hasil SNMPTN. Aku yang sedang berjalan-jalan di kota pelajar seringkali melihat jam tangan yang terpasang di kiri tanganku. Memasuki pukul dua sore, aku sudah berada di kamar hotel untuk bersiap melihat hasil pengumuman itu.

Tab dan hpku sedang dalam status siaga di masa-masa ini, tab yang kubawa akan digunakan untuk bisa menerabas masuk ke situs web SNMPTN, lalu hp yang selalu menemaniku berfungsi untuk mendapati kabar terbaru dari rekan-rekanku.

Ternyata, beberapa temanku sudah memasang status media sosial atas rasa syukurnya bisa diterima pada jalur ini. Lalu, aku langsung bergegas meraih tabku untuk membuka web SNMPTN, namun website tersebut sedang down, berkali-kali kupencet tombol refresh, hasilnya tetap sama. Di grup kelas dua belasku, ada beberapa anak yang sudah diterima menjadi mahasiswa PTN di Jakarta. 

Namun, jumlah yang tidak lolos lebih banyak jika dibandingkan dengan rekanku yang diterima.
Setelah berkali-kali mencoba merefresh namun gagal, akhirnya aku memutuskan untuk melupakan sejenak (namun justru semakin terngiang-ngiang di kepalaku) pengumuman SNMPTN ini.

Jarum pendek jam sudah menunjukan angka 5, aku rasa web SNMPTN sudah tidak down seperti tadi. Benar saja, aku dengan lancar meluncur ke laman utama web pengumuman hasil SNMPTN. Terdapat tanggal lahir dan nomor peserta yang harus diinput untuk melihat hasilnya.

Dengan perlahan sambil melihat nomor pendaftaran dari hp, aku memasukan data dengan pasti. Lalu langsung ku tekan tombol oke di bawah nomor pendaftaran.

Dan.. muncul juga laman hasil pengumuman SNMPTNnya. Kata “maaf” terpampang jelas sebagai penanda bahwa aku tidak lolos pada seleksi ini. Tidak berselang lama, ayahku meneleponku, menanyakan hasil. Untungnya, reaksi dari kegagalanku tidak mengecewakannya dalam perbincangan di telepon (atau mungkin disembunyikan? Entahlah).

Pikiranku langsung menuju SBMPTN dan juga SIMAK UI. Sesampainya di rumah, aku langsung mengerjakan banyak soal yang terdapat di buku kumpulan soal. Mungkin sebagai pelampiasanku karena tidak lolos pada seleksi ini. Pilihanku berganti haluan menjadi Universitas Indonesia, entah kapok atau bukan, aku tidak lagi melihat UNS sebagai pilihan kampusku pada ujian tulis nanti.

Namun ketika sudah mengerjakan kedua soal ujian tulis tadi, aku benar-benar tidak yakin dengan hasilnya. Tidak sedikit soal yang kutembak karena kehabisan waktu. Padahal, seharusnya aku bisa menjawab soal-soal yang terlewat. Tetapi sudahlah, aku hanya bisa pasrah saja.

Kata “maaf” kembali menghiasi laman hasil kedua tes masuk perguruan tinggi. Aku hanya bisa menerima kenyataan saja, apa persiapanku yang kurang, atau pilihanku yang terlalu tinggi untuk kugapai. Sempat juga terbesit bahwa aku akan ‘balas dendam’ di tahun depan.

Hasil sudah tidak bisa berubah, aku harus ikhlas untuk menerima kenyataan ini. Dan menjadi mahasiswa peguruan tinggi swasta yang letaknya dipisahkan dengan stasiun kerta api Pondok Cina bukanlah suatu yang buruk bagiku.

Ketika aku bertemu teman-teman baruku di kampus, tidak sedikit dari mereka yang juga merasakan kegagalan dalam test masuk perguruan tinggi negeri. Namun, seiring berjalannya waktu, kami bisa melupakan kegagalan tersebut dan bisa menjalani kehidupan di kampus dengan hati yang lega.

Menjelang hari pembukaan pendaftaran SBMPTN dan SIMAk, pikiranku kembali mengingatkan jika ada misi yang belum selesai. Beberapa temanku juga membahas tentang ini, dan niat untuk mengikuti lagi ujian tulis masuk PTN kembali bergelora.

Hari pendaftaran sudah dibuka, aku masih menunggu jadwal kuliah dengan jadwal test SBMPTN dan SIMAK. Setelah dipikir-pikir, tak apalah bolos sehari, karena aku sebelumnya tidak pernah bolos mengikuti perkuliahan. Sontak, aku  membuka laman SBMPTN dan SIMAK guna memasukan data diri, prodi tujuan dan mendapatkan kode verifikasi pembayaran.

Aku tetap bergeming untuk memilih UI sebagai kampus yang aku tuju pada perhelatan test masuk PTN ini, dengan jurusan pilihan pertama Ilmu Ekonomi (sama dengan tahun lalu) dan pilihan kedua Ilmu Ekonomi Islam (pilihan baru di tahun ini).

Setelah resmi terdaftar sebagai salah satu peserta test SBMPTN, aku langsung membuka buku modul SBMPTNku yang sudah tersimpan rapi di kardus bersama buku-buku yang tidak terpakai lainnya.

Jujur, hal itu membuat konsentrasiku di kampus menjadi terpecah. Karena di kampus aku masih masuk kelas biasa untuk mempersiapkan Ujian Akhir Semester dua.

Untuk persiapan ujian test tulis PTN, aku juga tidak bisa all out mempersiapkannya. Karena seperti yang sudah ku sampaikan, bahawa aku masih memiliki jam di kampus yang lumayan padat. Tetapi, aku berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk kedua hal tersebut.

Hari test pun sudah kulewati semua, untuk soal SBMPTN aku benar-benar lancar mengerjakannya jika dibandingkan dengan tahun lalu dimana aku sampai menembak banyak nomor. Sedangkan di SIMAK, soal yang kuhadapi jauh lebih sulit daripada soal SIMAK tahun lalu dan juga soal SBMPTN yang jadwal testnya lebih dulu.

Selama menunggu hasil, aku bisa lebih fokus untuk menjalani perkuliahan di Gunadarma. Entahlah, aku merasa enjoy pada saat itu jika dibandingkan waktu-waktu lain selama berkuliah di Gunadarma. Tentu juga aku berdoa dengan giatnya untuk mendapatkan hasil yang terbaik pada test tahun ini.

Di bulan puasa minggu kedua, pengumuman hasil SBMPTN ditampilkan. Kali ini pengumuman diluncurkan pada jam lima sore, menjelang berbuka puasa. Aku memutuskan untuk membuka pengumumannya setelah solat tarawih.

Pulang dari masjid, kepalaku sudah menuju kepada hasil pengumuman SBMPTN. Setibanya di rumah, aku langsung menuju kamar dan menyalakan laptop.

Kulihat lini masa berbagai media sosial lewat hpku, ada yang berbeda. Di tahun lalu, ada beberapa kawanku yang membagi kebahagiaannya ketika diterima di PTN impiannya masing-masing. Namun, pada tahun ini kemeriahan itu tidak nampak. Akhirnya, aku langsung membuka web SBMPTN untuk melihat hasilnya.

Lagi.. kata maaf bewarna merah terpampang di monitor laptopku ini. Pikiran dan jiwaku tiba-tiba kosong. Walau aku tahu ini merupakan test yang tidak kuharapkan lebih dari hasilnya, tetapi kenyataannya, aku sangat terpukul sekali setelah membuka hasil SBMPTN ini.

Yap, memang masih ada SIMAK UI, tetapi dalam pengerjaan soalnya, aku jauh lebih bisa mengerjakan soal SBM dibandingkan dengan SIMAK. So, soal yang bisa kukerjakan dengan lancar saja aku tidak lolos, bagaimana hasil SIMAK dimana aku kesulitan dalam mengerjakan soal-soalnya.

Tetapi, segelap-gelapnya suasana hati dengan kegagalan (lagi) dalam SBMPTN, aku masih punya setitik harapan di SIMAK. Namun, harapan yang terbatasi oleh kenyataan. Kenyataan jika aku kesulitan dalam menjawab soal-soalnya, membuatku lost hope untuk menanti hasil SIMAK nanti.

Hari senin sehabis solat ashar, tepat di minggu terakhir di bulan puasa, ternyata di lini masa pesan instan LINE memberitahukan jika pengumuman SIMAK dimajukan menjadi hari ini pukul lima sore. Sontak, adrenalin tubuhku berubah drastis. Rasa lapar dan haus khas ibadah puasa pun menjadi sirna melihat berita tersebut. Kulihat di website resmi kampus UI juga memang sudah muncul laman hasil pengumuman SIMAK. Namun, suasana berbagai media sosial lainnya yang tampak adem anyem di lini masaku. Mungkin memang rekan-rekanku tidak mengikuti tes ini.

Pola yang sama dengan waktu pengumuman SBMPTN kulakukan ketika membuka hasil SIMAK, dengan harapan, aku bisa meminta ketenangan untuk melihat peluang terakhirku untuk mewujudkan mimpiku menjadi nyata.

Sekitar pukul sepuluh malam, aku sudah bersedia di depan laptopku lagi. Kubuka Google Chrome dan selanjutnya, kuketik “SIMAK UI” di kolom pencarian. Cukup lancar, karena mungkin orang-orang sudah membuka web itu terlebih dahulu.

Kumasukan email beserta password yang menjadi akun pendaftaran SIMAK. Lagi-lagi, bisa masuk dengan mulus tanpa hambatan. Kupastikan ini merupakan akun SIMAK yang baru (padahal di rekomendasikan untuk menggunakan akun yang lama jika ingin mendaftar). Tujuannya sepele, aku hanya ingin membuka lembaran baru (akun baru) sambil berharap hasilnya juga akan berbeda.

Setelah benar jika aku sudah login di akun pendaftaran SIMAK yang terbaru, lalu dengan perlahan, tangan kananku mengarahkan pointer mouse di laman “lihat hasil seleksi”. Mataku terpejam sambil kedua tanganku menyangga kepalaku untuk menunggu laman pengumuman hasil seleksi, serta berusaha menenangkan pikiran dan hati dengan beristighfar.

Beberapa detik berlalu, ketika aku sudah yakin jika laman pengumuman sudah muncul di layar, aku langsung membuka mataku. Dengan pandangan yang masih kabur, aku melihat sesuatu yang berbeda di laman hasil seleksi ini. Dulu tampilan hasil pengumumannya begitu simple, namun sekarang terdapat warna hijau yang mencolok dan tulisan yang panjang.

Aku berusaha untuk memfokuskan pandangan.. dan ternyata aku bisa lolos pada seleksi tahun ini! Jantungku berdegup semakin kencang, menandakan bahwa ini merupakan kejadian yang benar-benar menjadi sejarah dalam hidupku. Langsung ku panggil ibu yang sedang berada di dapur, lalu kubiarkan beliau untuk melihat layar laptopku. Sontak, ibuku langsung mengucapkan selamat kepadaku. Selain itu aku juga bangga bisa menuntaskan janji di masa kecilku, walaupun bukan di kampus yang sama, dengan yang ibu sebut, dulu kala.

Menjadi salah satu mahasiswa, di fakultas yang sedikit banyak memberikan kontribusi bagi bangsa ini, merupakan kebangganku dan juga kebanggaan rekan-rekanku di fakultas ekonomi UI. Tentu, ini bukan sekedar kebetulan semata, mengutip pernyataan pak Jossy bahwa kita bertemu di sini adalah by design, rancangan dari yang Maha Kuasa. Sudah barang tentu jika Allah mempercayai aku dan rekan-rekanku untuk bisa menduduki enam ratus kursi yang sebelumnya diperebutkan oleh belasan ribu orang…
End
#NewYoungGreyPride                                                                       #PalingSialJadiMenteri

FEB UI 2015!!
SIAP!

FEB UI 2015
KAMI SIAP!!

FEB UI 2015

MENJADI INSPIRASI!!!