Selasa, 30 Juni 2015

Mengenal Permasalahan Ekonomi: Inflasi

Ada 2 permasalahan ekonomi yang sering dibahas dalam kehidupan ekonomi. Yaitu, pengangguran dan inflasi. Dua hal ini juga seringkali menjadi bahan kampanye bagi pemerintahan yang akan bertarung pada pemilihan umum. Lalu, setelah terpilih untuk mengatur jalannya roda pemerintahan, kedua hal tadi menjadi fokus utama pemerintah untuk diatasi. Pemerintah bisa dianggap gagal jika tidak bisa mengatasi kedua masalah ini.

Okee, pembahasan pertama kita pada saat ini adalah membahas tentang inflasi.

Pengertian
 
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Ada 3 hal yang menjadi poin penting dalam pengertian inflasi, yaitu:
- Kenaikan Harga
- Bersifat Umum
- Berlangsung Terus-Menerus


   A. Kenaikan Harga

Indikator harga ini cukup mudah untuk kita lihat. Misalnya kenaikan harga BBM pada bulan November tahun 2014 lalu, dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 di awal masa pemerintahan baru Jokowi-JK. Selain itu, saat ini sudah memasuki bulan Ramadhan, dimana sudah menjadi tren tahunan jika harga bahan makanan yang merangkak naik karena diringi dengan permintaan yang meningkat tajam.

Sepanjang pekan lalu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman melakukan operasi pasar bawang dengan memborong bawang merah dari Brebes dan selanjutnya dijual di Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Rebo dan Pasar Ciracas (Jakarta Timur) selain itu operasi pasar juga diadakan di Pasar Minggu (Jakarta Selatan)

Operasi pasar bawang merah ini juga berbarengan dengan masa panen bawang merah (khususnya di Brebes, yang merupakan kota penghasil bawang merah terbesar di Indonesia) sehingga stok bawang merah melimpah (karena sudah panen) dan menambah stok yang sudah ada di pasar (seperti yang dilakukan Menteri Pertanian). Pada operasi pasar kebutuhan pokok yang digelar Perum Bulog ini, bawang merah dijual Rp 17.000/kg, sedangkan harga bawang merah yang dipatok pedagang pasar mencapai Rp 30.000/kg
Foto: Detikfinance.com

Lalu bagaimana jika stok di wilayah-wilayah penghasil bahan makanan masih belum panen? Untuk kasus ini, pemerintah melalui Kementrian Perdagangan akan membuka keran impor dari negara luar. Tidak sedikit dari jenis bahan makanan yang diimpor. Misalnya beras dari Thailand, daging sapi dari Australia,


   B. Bersifat Umum

Bersifat umum disini adalah kenaikan harga berbagai macam komoditas. Jika hanya sedikit jenis komoditas yang naik dan juga bukan merupakan barang pokok, maka belum bisa disebut inflasi.

Misalnya dengan naiknya harga sayur jengkol di tingkat eceran pada awal bulan Juni yang menyentuh Rp 70.000/kg. Tetapi, pada akhir bulan yang sama harga jengkol terjun bebas hingga menjadi Rp 40.000/kg. Pengaruh kenaikan harga jengkol terhadap persentase inflasi relatif kecil sekali dan tidak terlalu berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat (kecuali jika memang anda penikmat jengkol), Selain itu kenaikan harga jengkol juga tidak menyebabkan kenaikan harga komoditi yang lainnya. Jengkol juga bukan merupakan komoditas utama di dalam kehidupan masyarakat, sehingga jika kenaikan jengkol terjadi cukup pesat, maka masyarakat biasanya akan merespon dengan mengurangi konsumsi sayuran ini.

Lain halnya dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Jika harga BBM naik, maka bisa dipastikan harga komoditi lainnya akan ikut naik. Karena BBM (dan juga jenis energi lainnya) merupakan komoditas yang memiliki posisi yang strategis dalam memutar roda perekonomian (jika secara fisik yang kita lihat adalah memutar roda-roda kendaraan). Tanpa transportasi yang memadai, bagaimana suatu barang yang diproduksi di pabrik dapat sampai di pasar? Akan sulit bukan? Nah inilah kenapa BBM dan jenis energi lainnya memiliki peran yang sentral.

Selain itu, akibat dari besarnya pengaruh kenaikan BBM dan energi lainnya adalah karena ini akan menyebabkan ongkos transportasi meningkat karena dibutuhkan biaya lebih untuk mengangkut barang itu. Sehingga beban kenaikan ongkos jalan akan dilimpahkan kepada harga jual di pasar.
Kenaikan harga barang terutama kebutuhan pokok juga akan menjalar kepada kaum buruh untuk meningkatkan upah harian mereka, karena bertujuan untuk menjaga daya beli mereka. Dan dari naiknya biaya operasional perusahaan, maka tidak menutup kemungkinan jika akan mengakibatkan harga jual produk untuk naik lagi.

Efek domino yang menyambar secara luas akibat dari kenaikan harga BBM ini. Maka dari itu, kabar tentang harga BBM menjadi hal yang sangat sensitif dalam kehidupan masyarakat.


   C. Berlangsung Terus-Menerus

Perhitungan inflasi biasanya dilakukan dengan rentang waktu bulanan, triwulan dan tahunan. Jika kita ambil contoh harga bawang merah pada awal bulan Juni merangkak sampai mencapai Rp 37.000/kg, lalu pada minggu terakhir di bulan Juni harga bawang merah di tingkat pedagang turun menjadi Rp 30.000. Berarti untuk kasus bawang merah belum bisa dikatakan inflasi karena kenaikan harga bawang merah hanya pada awal bulan Juni saja, tidak sebulan penuh.

Untuk poin ini, biasanya terjadi ketika bulan puasa hingga berlanjut pada Hari Raya Idul Fitri. Karena dari pola yang sudah-sudah di periode ini permintaan akan barang komoditas pokok meningkat, sehingga akan membuat harga komoditi itu akan naik. Tetapi pada bulan puasa ini terjadi anomali, karena harga komoditas pokok yang biasanya naik ketika memasuki periode ini seperti bawang merah dan cabai justru malah menurun.


Penyebab Inflasi

Inflasi terjadi juga ada penyebabnya, yakni demand pull inflation, cost push inflation, dan kombinasi keduanya.

A. Demand Pull Inflation

Jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah inflasi tekanan permintaan. Berarti inflasi terjadi karena permintaan suatu produk maupun jasa secara keseluruhan. Biasanya hal ini terjadi pada harga bahan pokok
ketika bulan puasa sampai lebaran Idul Fitri, harga hewan kurban ketika mendekati hari raya kurban, dan pada hari natal dan tahun baru.

B. Cost-Push Inflation

Inflasi dorongan biaya ini terjadi karena kenaikan biaya produksi. Misalnya dengan kenaikan harga
TDL (tarif dasar listrik), bahan bakar minyak, dan juga kenaikan UMP (upah minimum provinsi) sehingga membuat harga jual produk itu meningkat karena dimaksudkan untuk menutupi kenaikan beban produksi.

Inflasi dalam tingkat tertentu dibutuhkan untuk membuat roda perekonomian berputar lebih cepat. Karena jika inflasi disebabkan oleh meningkatnya tingkat permintaan terhadap barang dan jasa, maka berarti menandakan bahwa daya beli masyarakat yang tinggi dan itu akan membuat produsen meningkatkan output produknya demi mengincar penambahan keuntungannya.

Tetapi, jika tingkat inflasi tidak bisa dikendalikan atau persentasenya yang cukup tinggi, maka akan mengganggu kehidupan sosial masyarakat dan stabilitas ekonomi makro. Setidaknya, ada 3 hal yang dapat terjadi akibat inflasi yang tinggi (diatas 10%). Yakni:

- Terganggunya stabilitas ekonomi makro
- Menurunya tingkat kesejahteraan rakyat
- Memburuknya distribusi pendapatan

1) Terganggunya Stabilitas Ekonomi Makro

Misalnya negara Zimbabwe, yang mengalami hiperinflasi (>100%) yang membuat negara itu bisa dikatakan sudah bangkrut. Dan juga membuat mata uangnya (dollar Zimbabwe) menjadi mata uang sampah (junk currency) karena sudah tidak ada nilainya lagi. Nah, itu akan menyebabkan kontraksi pertumbuhan ekonomi di setiap negara yang mengalami inflasi tinggi. Karena masyarakat tidak mampu membeli produk dan jasa yang ada sehingga akan mengurangi penerimaan perusahaan yang kemudian akan mengurangi harapan (dan juga spekulasi) di masa depan dengan mengurangi output perusahaan itu.

2) Memburuknya Tingkat Kesejahteraan Rakyat

Tragedi tahun 98 yang pernah dialami Indonesia menjadi contoh poin ini. Dengan inflasi yang sangat tinggi (sebesar 77,6%) menambah penyebab Indonesia terseret dalam krisis moneter. Persentase inflasi yang dikategorikan sangat tinggi itu tidak diimbangi dengan kenaikan upah para pekerja, sehingga uang yang para pekereja peroleh berkurang nilanya. Idealnya, besaran inflasi setidaknya bisa diselaraskan dengan kenaikan tingkat upah yang bertujuan untuk menjaga daya beli mereka. Tetapi, ini (kenaikan upah) juga akan berpengaruh terhadap harga jual produk dan jasa di pasaran. Seperti lingkaran yang tidak memiliki ujungnya.

3) Memburuknya Distribusi Pendapatan

Seperti yang sudah dibahas diakhir poin nomor 2, bahwa efek inflasi yang menggerus daya beli masyarakat bisa diatasi dengan kenaikan pendapatan. Hal tersebut mungkin tidak akan menjadi polemik jika inflasi yang muncul dalam persentase yang rendah. Namun, bagaimana dengan tingkat inflasi yang tinggi? Misalnya angka inflasi mencapai 20% lebih per tahun, apakah upah para pegawai buruh akan meningkat sama dengan besaran inflasi atau bahkan lebih besar? Karena tidak semua perusahaan mampu menaikan gaji pegawainya mengalahkan besaran inflasi. Nah ini yang akan menjadi polemik inflasi yang menyebabkan memburuknya distribusi pendapatan