Rabu, 29 Juli 2015

Grazie, King Arturo!

Akhirnya, Arturo Vidal terbang ke Jerman. Semalam, melalui akun twitter pribadinya, ia mengabarkan bahwa dirinya sedang menuju Munich, kota yang disebutnya menawarkan “era baru” dan “mimpi baru”.
Kabar ini tidak mengejutkan sebenarnya. Kepindahan Vidal ke Munich bukan lagi sekadar rumor, namun sudah mendekati setengah resmi beberapa jam terakhir. Esoknya atau tepat hari ini pihak Bayern kemudian secara sah mengumumkan rekrutan anyarnya tersebut. Vidal dikontrak selama empat tahun dengan nilai transfer yang tidak dipublikasikan.
Kendati tidak mengejutkan, kepindahan Vidal ini sesungguhnya bisa saja menimbulkan rasa sesak di hati para Juventini. Sesak bukan semata karena kehilangan seorang pemain penting, tapi juga karena kepergian Vidal nyaris berbarengan dengan hengkangnya dua pilar yang lain: Andrea Pirlo dan Carlos Tevez.
Kepergian Andrea Pirlo ke liga Amerika Serikat, bersama New York FC, diikuti pulangnya Carlos Tevez ke Argentina untuk membela kesebelasan yang ia cintai, Boca Juniors. Dengan Vidal yang juga hengkang, ada tiga pilar yang pergi. Kehilangan tiga pilar sekaligus jelas bukan hal yang gampang diterima.
Kepergian ketiganya memang tidak semengharukan cerita kepergian Iker Casillas, Steven Gerrard dan Xavi Hernandez dari kesebelasan yang membesarkannya sekaligus kota asalnya. Ketiga nama pilar Juventus itu semuanya tidak berasal dari daerah asal kesebelasan mereka (Turin, Italia), juga tidak mendapatkan ilmu dasar sepakbola dari tim primavera Juventus.
Perbedaan lainnya yang mencolok:  tiga pilar Juve itu juga terhitung mengabdi dalam waktu yang relatif pendek jika dibandingkan Gerrard, Xavi dan Casillas yang bermain di kesebelasan yang sama sejak masih ingusan. Andrea Pirlo bergabung pada 2011, Carlos Tevez pada 2013 dan Arturo Vidal bergabung pada 2011. Jelas tidak sebanding dengan Gerrard, Xavi dan Casillas yang belasan tahun membela Liverpool, Barcelona dan Real Madrid.
Tetapi, dalam waktu yang singkat itulah mereka (Pirlo, Tevez dan sebentar lagi Arturo Vidal) mengembalikan hegemoni Juventus di Italia pasca skandal calciopoli. Skandal itu tidak hanya berdampak pada dicopotnya dua gelar scudetto tetapi juga mereduksi komposisi pemain Juve kala itu. Fabio Cannavaro pindah ke Real Madrid, Zlatan Ibrahimovic ke Inter Milan, Lillian Thuram dan Gianluca Zambrotta membela Barcelona.
Sejak 2011, yang merupakan musim pertama Andrea Pirlo dan Arturo Vidal (lalu Carlitos menyusul dua tahun kemudian), Juventus di bawah asuhan Antonio Conte berhasil merebut gelar scudettodengan status the invicibles. Lalu, keberlangsungan mereka di Turin ditutup dengan manis karena kembali merengkuh juara Serie A untuk yang keempat kalinya secara beruntun, mendapat gelar Coppa Italia. Plus capaian yang mengejutkan banyak pihak: menembus babak final Liga Champions Eropa di bawah kendali Max Allegri, yang awalnya mendapatkan banyak reaksi negatif.
Vidal menjadi nama terakhir yang akan meninggalkan Turin.  Pemain yang ditahbiskan sebagai pemain terbaik Copa America tahun 2015 ini merupakan pemain yang sangat versatile (serba bisa). Vidal pada awal karirnya di klub Chile, Colo-Colo, cukup lihai bermain sebagai bek sayap maupun gelandang tengah. Lalu sejak di Juventus, ia memainkan role baru, yakni sebagai false number 10 (entahlah istilah ini sudah ada atau sama sekali baru) dalam pake 4-3-1-2.
Seperti pertandingan melawan Real Madrid di kedua leg semifinal UCL, Vidal memainkan posisi sebagai false number 10 karena posisi di atas board berada di belakang striker (Alvaro Morata dan Carlos Tevez) – posisi yang di Italia dikenal sebagai trequartista.
Keunggulan utama Vidal yakni daya jelajahnya yang tinggi membuat seakan-akan Vidal bermain tidak hanya di wilayah pemain no. 10. Ditambah dengan kemampuan pressing dan etos kerja seorangfighter membuat peran Arturo Vidal semakin sentral di lini tengah Juventus.
Selain serba bisa dengan ketangguhan fisik memumpuni, sehingga dapat mengcover area yang begitu luas dan tidak segan beradu fisik di lapangan, Vidal juga memiliki keunggulan dalam mengeksekusi tendangan penalti. Tidak hanya soal tendangan penalti, tetapi Vidal juga memilikishoot power yang bisa memecah kebuntuan kala Juventus mengalam kesulitan menembus rapatnya pertahanan lawan.
Dengan deretan kemampuan macam itu, Vidal jelas merupakan pengganti yang tidak lebih buruk dari Schwensteiger, petarung produk Bayern Munchen. Tidak sekali dua kali kita melihat Bastian mengalami pendarahan di wajahnya. Ia juga memiliki tendangan powerful yang siap sedia untuk digunakan sebagai senjata pamungkas mencetak gol.
Tidak salah jika memang Arturo Vidal diproyeksikan sebagai suksesor Bastian Schweinsteiger.  Keduanya ada kemiripan cara bermain, yakni bermain dengan penuh determinasi dan sama-sama seorang petarung hebat.
Sementara Juventus sendiri terlihat sudah mengantisipasi kemungkinan hengkangnya Vidal jauh-jauh hari. Sebelum rumor kepindahan Vidal berhembus kencang, Juventus sudah terlebih dahulu mengikat Sami Khedira yang masa kontraknya habis dengan Real Madrid. Juve, dengan demikian, mendapatkan tenaga baru yang penuh pengalaman dan trofi secara cuma-cuma.
Well, kemampuan Sami Khedira juga tidak bisa dipandang remeh. Sami Khedira juga memiliki peran sebagai box-to-box midfielder yang merupakan peran utama Vidal di Juventus. Dengan tinggi badan 188 cm, Sami memiliki kelebihan pada duel udara. Kendalanya, barangkali, Khedira sempat bermasalah dengan cedera yang cukup panjang saat masih memperkuat Real Madrid.
Apakah Khedira, atau Draxler, akhirnya dapat mengisi lubang yang ditinggalkan Vidal atau tidak, hanya waktu yang bisa menjawabnya. Tapi perlu dicatat, Khedira seorang box to box, lama bermain sebagai gelandang bertahan, dan agaknya tidak persis sama dengan apa yang dimainkan Vidal di Juventus.
Biarlah Allegri mematangkan rencana-rencananya. Masih ada beberapa pekan bagi Allegri untuk mempersiapkan tim dengan sebaiknya.
Kini, setidaknya, mereka bisalah melepas Vidal dengan rileks, sebagaimana Juventus juga bisa dengan santai –tanpa banyak drama dan saga yang lebay- melepas kepergian Pirlo dan Tevez. Arturo Vidal (dan juga Andrea Pirlo dan Carlos Tevez) meninggalkan Juventus dengan kesan yang baik. Tidak dengan merengek-rengek minta dijual ke klub lain, atau dibuang karena jasanya tidak dibutuhkan lagi.
Grazie King Arturo!
*Artikel asli ada di situs Pandit Football yang ditulis oleh orang yang sama

Selasa, 28 Juli 2015

Pancasila: Jati Diri Bangsa yang Mulai Pudar


 “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri”, salah satu kutipan terkenal dari founding father kita, yaitu Bung Karno. Bangsa kita memiliki sejarah panjang dari zaman pra sejarah, kerajaan, penjajahan, proklamasi, orde lama, orde baru, hingga reformasi saat ini. Dari perjalanan panjang tadi, ada satu hal yang penting. Yakni dengan lahirnya Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945 yang dicetuskan oleh Ir. Soekarno pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945.

Kenapa penting? Karena Pancasila merupakan nilai luhur bangsa dalam hal ini mencakup nilai adat istiadat, kebudayaan, dan juga nilai-nilai religius yang sudah ada sejak zaman kerajaan.  Menurut buku yang dikarang oleh Prof. Dr. Kaelan.,

 Pancasila memiliki 4 landasan. Yakni:

1.     Landasan Historis: Landasan ini dimulai sejak zaman kerajaan. Dimulai dari kerajaan Kutai, masa kerajaan Sriwijaya ditandai dengan adanya cita-cita tentang kesejahteraan bersama yang berbunyi “marvuat vanua criwijaya dhayatra subhiska” yang artinya suatu cita-cita negara yang adil dan makmur. Ini mirip dengan sila kelima Pancasila. Lalu di kerajaan Majapahit juga muncul kitab Sutasoma yang dikarang Mpu Tantular, di dalam buku itu terdapat kalimat “Bhineka Tunggal Ika” yang memiliki makna yang sama dengan sila ketiga Pancasila.

2.  Landasan Kultural: Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada kultur yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.

3.     Landasan Yuridis: Dalam Undang-Undang N0. 2 Tahun 1989 pasal 39 telah menetapkan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila.

4.    Landasan Filosofis: Pada kenyataanya, baik secara filosofis dan objektif bahwa bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan bernegaraa mendasarka pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara.
  
Pancasila, selain mencakup nilai istiadat dan religius juga menjadi pedoman (pandangan hidup) negara dan Pancasila merupakan norma yang diwujudkan dalam tindakan (penagaamalannya). Jadi, setiap sendi kehidupan kita dan juga bangsa Indonesia sudah terangkum dalam Pancasila. Pancasila ini lah yang menjadi jati diri bangsa Indonesia.

Namun, ada beberapa momen yang terjadi pada bangsa ini melenceng dari hakekat Pancasila. Misalnya dalam ranah politik. Dalam pembahasan Pancasila dalam etika politik, ada tiga hal yang harus dijalani. Yaitu:

1.      Azaz legalitas (dijalankan sesuai hukum yang berlaku)
2.      Disahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokratis)
3.      Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral  (legitimasi moral)

Ketika masa kampanye Presiden tahun 2014, muncul adanya black campaign melalui penerbitan suatu majalah yang isinya memojokan salah satu calon presiden. Hal ini tentunya mencederai makna demokrasi karena black campaign merupakan usaha illegal dalam demokrasi.

Selain itu, setelah pemilu presiden 2014 telah usai atau lebih tepatnya di hari pelantikan anggota DPR RI periode 2014-2019 kembali kejadian memalukan (dan juga melenceng dari etika politik Pancasila). Faktor utamanya adalah perebutan AKD (alat kelengkapan dewan) yang semuanya di duduki oleh orang-orang dari KMP (Koalisi Merah Putih), namun hal itu tidak bisa diterima oleh kubu seberang yakni KIH (Koalisi Indonesia Hebat). Cukup lama hujan interupsi pada rapat paripurna dan juga banyak dari anggota fraksi yang maju ke meja pimpinan sidang dan terus berteriak kepada pimpinan sidang. Tentu hal ini menjadi contoh buruk bagi masyarakat luas dan hal ini sangat melenceng dari asas demokrasi yang mengedepankan musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan. Dari kejadian itu nampaknya para anggota DPR masih belum mengamalkan nilai demokrasi seutuhnya.

Juga masih ada konflik pengesahan APBD DKI Jakarta tahun 2015 antara Gubernur Basuki Tjahja Purnama (Ahok) dengan Haji Lulung yang berasal dari DPRD DKI. Masalah persengketaan APBD ini sudah berlarut-larut. Bahkan sampai dimediasi oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, namun tidak ada hasil konkret dari mediasi tersebut. Malah dalam mediasi itu sempat diberitakan bahwa ada oknum anggota DPRD yang mengeluarkan kata-kata kotor. Hal ini sangat berseberangan dengan etika politik Pancasila, lebih tepatnya pada poin berdemokrasi dan juga moral. Karena kedua elit politik ibu kota ini tidak bisa mencari mufakat dalam persengketaan APBD DKI 2015 dan keluarnya kata-kata kotor juga tidak sesuai moral berpolitik Pancasila.

Baik, itu tadi sedikit pembahasan dari ranah politik. Selain itu Indonesia juga pernah mengalami perang antar etnis. Misalnya konflik Sampit. Hal ini menandakan bahwa makna sila ketiga Pancasila, yakni persatuan Indonesia masih belum meresap di akal pikiran para oknum yang berseteru.
Itu tadi merupakan gambaran-gambaran mengenai momen kejadian yang masih tidak sesuai dengan Pancasila. Saya menghubungkannya dengan Pancasila bukan tanpa alasan. Karena Pancasila lahir dari budaya bangsa Indonesia yang sebenarnya sudah ada sejak jaman kerajaan. Sehingga, ajaran Pancasila juga bukan hanya ajaran kemarin sore. Jadi sebenarnya untuk menjadikan  bangsa kita menjadi lebih baik itu sudah ada, yakni Pancasila. Namun sayangnya dari contoh yang saya utarakan tadi masih banyak yang menyimpang dari ajaran-ajaran Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan  bernegara.

Dari contoh di atas ada kasus yang melibatkan elit politik di negara ini. Hal ini sangat ironis sekali karena dengan model pembangunan bangsa Indonesia yang top down, peran elit politik disini benar-benar vital untuk memajukan bangsa Indonesia, karena dari elit ini lah yang harus melakukan aksi agar Indonesia bisa maju nantinya, namun apa  yang ditunjukan elit politik pada  pembahasan tadi memberikan contoh yang buruk kepada masyarakat luas. Bagaimana Indonesia bisa lebih baik jika kelakuan elitnya saja masih melenceng dari nilai Pancasila? Sudah saatnya pendidikan Pancasila masih harus diberikan kepada elit-elit bangsa ini (tidak hanya sampai di tingkat perguruan tinggi menurut UU No. 2 Tahun 1989) karena tingkah lakunya yang masih menyimpang dari Pancasila. Karena dengan kembali diajarkannya Pendidikan Pancasila kembali akan membuat (setidaknya memperbesar peluang) para elit bangsa mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga lapisan masyarakat umum yang juga mengikutinya (karena kebiasaan masyarakat kita yang mengikuti tren).

Kesimpulan

Pendidikan Pancasila masih diperlukan bagi para elit bangsa terlepas dari bagaimana cara penyampaian materinya. Karena tidak sedikit para elit bangsa yang kelakuannya masih menyimpang dari ajaran Pancasila seperti ketika sidang paripurna berlangsung ricuh, masalah pembahasan APBD DKI, sampai korupsi. Dengan pola pembangunan Indonesia yang top-down peran elit bangsa sangatlah vital dalam membuat Indonesia menjadi negara maju. Selain itu, sudah hal lumrah bahwa pemimpin menjadi panutan bagi anggota (dalam hal ini warga negara Indonesia). Jika pemimpinnya baik dan juga bisa mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka sudah sepatutnya masyarakat Indonesia juga mengikuti perilaku pemimpinnya yang baik dan amanah. 

Rabu, 08 Juli 2015

Kebangkrutan Yunani dan Efeknya Terhadap Indonesia

Hari Senin kemarin (02/07/2015), Yunani resmi dinyatakan bangkrut karena tidak bisa melunai utangnya kepada International Monetary Moneter (IMF) sebesar 1,6 milliar Euro. Padahal, sebelum tenggat pembayaran utangnya yang jatuh pada 30 Juni lalu, Yunani mendapatkan tawaran utang penyelamatan baru dari Eropa dan IMF. Namun, hasil referendum yang digelar oleh pemerintah pimpinan Perdana Menteri Yunani, Alexis Spiras, sebesar 61% suara menolak adanya pengadaan utang baru.

Alasan untuk menolak utang baru karena masyarakat Yunani menilai jika syarat yang diajukan oleh Eropa dan juga IMF terlalu berat. Yaitu dengan pengurangan jaminan sosial, pemerintah harus berhemat dan menaikan pajak.

Suatu pilihan yang sulit memang untuk menerima ataupun menolak utang baru dari pihak luar. Sudah bertahun-tahun lamanya Yunani menerima utang dari berbagai pihak, misalnya dari Jerman, Prancis, IMF, Uni Eropa, Bank Sentral Eropa tetapi masih tidak bisa untuk menyelamatkan perekonomian Yunani -besar kemungkinan akibat buruknya pengelolaan utang.

Namun, jika memutuskan untuk menolak tawaran utang baru (yang menjadi pilihan di referendum kemarin lusa) ekonomi Yunani juga kolaps. Dengan ditopang (dengan utang) oleh pihak luar saja masih tertatih-tatih, bagaimana jika dilepaskan (atau Yunani memaksakan) berdiri sendiri begitu saja? Tanda-tandanya bisa dilihat dari masih tutupnya bank selama seminggu, penarikan uang di ATM yang juga dibatasi limitnya hingga menjadi 60 euro atau sekitar Rp 800 ribu per harinya.

Karena banyaknya masyarakat Yunani yang ramai-ramai menarik uangnya dari bank. Hal ini juga akan berdampak terhadap neraca bank itu sendiri. Dari tahun 2010, neraca bank Yunani secara gradual menurun. Problemnya, situasi ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan penolakan penerimaan utang hasil referendum rakyat Yunani, maka bank yang cadangan modalnya terus mengalir keluar bisa mengakibatkan bank-bank Yunani collapse. 

Chart 1

Yunani yang Hidup dari Utang

Faktor ini merupakan yang terpenting kenapa Yunani bisa bangkrut. Memang semua negara di dunia ini memiliki utang, bahkan sekelas negara adi daya, Amerika Serikat. Tetapi, Amerika Serikat bisa menghasilkan nilai produk yang nilanya sangat tinggi sehingga masih bisa membayar utang-utangnya. Hal ini berbeda dengan Yunani.

Chart 2.1

Perbandingan utang Yunani dengan Produk Domestik Bruto sangat buruk sekali, hingga mencapai 180%, jauh di atas batas aman pada umumnya yang dipatok sekitar 30%.

Utang memang kadang diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi suatu negara yang tidak memiliki dana melimpah. Tetapi, manajemen utang Yunani yang buruk mengakibatkan utang yang diperoleh tidak produktif.

Chart 2.2


Chart 2.3

Kenapa tidak produktif? Karena jika dilihat dari dua chart di atas, pengeluaran pemerintah di bidang sosial selalu meningkat. Padahal dengan keadaan ekonomi Yunani yang diterpa krisis seharusnya membuat Yunani berhemat (alasan ini menjadi syarat Eropa dan IMF memberikan utang baru yang ditolak oleh Yunani). Tetapi, pada awal tahun 2015, nampak jika jaminan sosial yang ditanggung pemerintah Yunani berkurang cukup drastis.


Bagaimana dengan fundamental ekonomi Yunani?

Jika kita lihat indikator-indikator yang menggambarkan fundamental ekonomi Yunani, maka kita sama sekali tidak terkejut dengan bangkrutnya negeri 1000 dewa ini. 

Dari chart 1.1 ini bisa disimpulkan bahwa kasus subprime mortgage di AS dan juga krisis Eropa yang terjadi pada 2008 merupakan penyebab terjerembabnya ekonomi Yunani (tidak hanya Yunani, tapi dampaknya juga menjalar ke seluruh dunia) ke dalam jurang krisis. Pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi akibat krisis subprime, terlihat dari chart di bawah, pertumbuhan ekonomi yang sampai menyentuh minus 10 persen paska krisis -hebatnya (atau beruntungnya) Indonesia yang masih bisa mencapai 4 persen lebih sedikit.


Chart 3.1

Pembahasan di atas tadi dapat disimpulkan sementara jika terperosoknya ekonomi Yunani merupakan akibat dari krisis di AS dan Eropa. Tetapi ada juga indikator ekonomi lainnya yang menunjukan bahwa ekonomi Yunani sedang "sakit", bahkan sudah memasuki fase kritis.

Tidak adil rasanya jika hanya meratapi faktor eksternal dalam defisitnya pertumbuhan ekonomi Yunani sejak 2008. Faktor dari dalam negeri juga tidak bisa diabaikan begitu saja. Sinyal ini ditandai dengan pencapaian indeks PMI manufaktur yang tidak terlalu bergairah.


Chart 3.2
PMI Manufaktur merupakan singkatan dari Purchasing Managers Index. PMI Manufaktur ini merangkum survei bisnis di bidang manufaktur suatu negara. Selain itu Indeks PMI Manufaktur mengindikasikan kondisi iklim bisnis manufaktur di negara tersebut. Indeks PMI Manufaktur diukur dalam skala indeks poin 100 dengan nilai tengah 50. Jika indeks berada diatas 50 maka menandakan bisnis manufaktur sedang berekspansi, nah jika indeks PMI di bawah 50 mengisyaratkan bahwa bisnis manufaktur sedang mengalami kontraksi.  Di situs internationalinvest.about.com : What is the Purchasing Managers Index (PMI) disebutkan bahwa Indeks PMI Manufaktur dianggap pelaku pasar di sektor ini sebagaileading indicator bagi keadaan perekonomian secara keseluruhan sehingga bisa diperoleh gambaran mengenai hasil penjualan, upah tenaga kerja, persediaan barang dan tingkat harga.

Chart 3.3

Selain indeks PMI Manufaktur yang mengalami kelesuan, data produksi industri Yunani di atas juga tidak memperlihatkan data yang bagus. Paska krisis, persentase produksi industri Yunani bahkan mentok di kisaran 5%.
Chart 3.4
Kepercayaan, sentimen dan juga isu merupakan hal-hal (di luar teori ekonomi pada umumnya) yang memiliki pengaruh penting dalam mekanisme ekonomi global saat ini. Terlihat kepercayaan bisnis di Yunani merosot tajam ketika krisis terjadi dan sampai saat ini masih belum bisa pulih ke level sebelum krisis. Sehingga akibatnya akan mengurangi minat investor untuk menanamkan modalnya di Yunani.

Melihat neraca perdagangan Yunani yang selalu (ya! selalu) defisit yang digambarkan di chart 1.2 menunjukan bahwa tidaklah mengherankan, karena praktis tidak ada komoditas ekspor andalan Yunani. 

Chart 3.5
Dari defisitnya neraca perdagangan Yunani, maka akan membawa pengaruh yang kuat terhadap transaksi berjalan Yunani yang bahkan pernah mencapai minus 10 persen dari GDP pada tahun 2009. Lalu rasionya semakin membaik hingga sempat positif di dua bulan terakhir (walaupun tidak sampai 1 persen) yang mungkin disebabkan karena mulai memasuki liburan musim panas (sekarang bulan Juli), sehingga para turis banyak berdatangan. Pariwisata merupakan sektor yang sangat vital bagi Yunani, karena banyak peninggalan peradaban kuno dan juga hamparan pantai di negara ini. Perlu diketahui bahwa sektor pariwisata dan para turis berkontribusi sebesar 28,3 milliar euro pada tahun 2013 atau 16.3% dari GDP.
Chart 3.6
Kredit yang Terkontraksi dan Velocity Uang yang Sepi

Sudah dijabarkan tadi bagaimana kondisi ekonomi makro Yunani yang masih terjerembab akibat krisis 2008. Lalu juga sempat dibahas mengenai melemahnya bisnis sektor rill yang ditandai dengan kapasitas produksi perusahaan maupun juga indeks PMI manufaktur.

Beberapa kondisi di atas memiliki kaitan yang erat dengan perputaran uang yang semakin menyusut dan juga kredit yang mengkerut. Misal, untuk pertumbuhan kredit di negara Yunani di bawah ini.

Chart 4.1


Chart 4.2
Sampai tahun 2008, kredit masih bisa berekspansi. Lalu, kredit tiba-tiba mulai berkontraksi hingga mencapai sekitar minus 7 persen. Menandakan bahwa suramnya harapan ekonomi Yunani di masa depan, karena pelaku-pelaku ekonomi di sana tidak berani berspekulasi untung mengambil kredit yang tersedia, berhati-hati dalam menentukan langkah.

Chart 4.3
Padahal, bank sentral Yunani (yang diikuti oleh bank umum lainnya) mematok suku bunga yang sangat rendah sekali. Sampai nol koma sekian persen. Bahkan dalam dua bulan terakhir (Juni dan Juli, ada di chart 2.3) tingkat bunga antar bank malah negatif. Jadi, uang yang anda tabung di sana bukannya bertambah karena bunga tabungan, tetapi malah berkurang! Entahlah apa maksudnya, apakah tidak mampu membayar bunga nasabah? atau memang memancing masyarakat untuk membelanjakan uangnya?

Chart 4.4
Tetapi yang jelas, jumlah uang yang beredar di masyarakat Yunani searah dengan kontraksi kredit yang cukup rendah jika dibandingkan dengan periode sebelum krisis.

Chart 4.5
Diawali dengan menurunnya tingkat kredit yang mengakibatkan seretnya perputaran uang di masyarakat Yunani sehingga bank sentral pun mematok suku bunga kepala nol yang bertujuan untuk menyemarakkan kegiatan ekonomi, tetapi tujuan bank sentral nampaknya masih belum berhasil untuk meningkatkan konsumsi masyarakat dengan kredit murah. Itu terlihat dari tingkat inflasi Yunani yang setahun terakhir berada di angka minus alias mengalami deflasi. Dan juga terlihat dari pengeluaran konsumer yang merosot yang ditampilkan oleh chart 2.5 ini.
Chart 4.5

Penyebab terjadinya deflasi, yakni:

1. Menurunnya peredaran uang di masyarakat
2. Meningkatnya persediaan barang
3. Menurunnya permintaan akan barang
4. Menungkatnya permintaan akan uang

Dari keempat faktor yang sudah disebutkan di atas, Yunani mengalami faktor yang pertama, ketiga dan yang terakhir. Kenapa faktor nomor dua tidak diikutsertakan? karena jika balik lagi ke chart 1.3 bahwa produksi industri (berupa barang) tidak mengalami kenaikan. Hanya ada fluktuasi yang cukup dalam pada chart tersebut.

Deflasi juga mengundang masalah, sama seperti inflasi. Hanya saja cara penangannya yang terbalik jika dibandingkan dengan inflasi. Yang paling umum dilakukan adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga mendekati nol (tetapi tidak menjamin akan berhasil). Dalam situasi ini, dimana masyarakat umumnya menahan diri untuk membeli barang karena menunggu barang turun atau bisa juga tidak memiliki uang karena sudah dipakai untuk hal yang lebih pokok. Hal ini akan menjadi sesuatu yang buruk bagi perusahaan, karena dipastikan tingkat penjualan akan menurun yang ujung-ujungnya pendapatan perusahaan juga akan berkurang. Jika hal ini terus terjadi bahkan semakin parah. Maka, gelombang PHK karyawan merupakan sesuatu hal yang  tidak bisa dihindari lagi.

Dampak Deflasi, Pengangguran

Sudah disampaikan sedikit banyak di paragraf sebelumnya akibat dari deflasi, salah satunya adalah pengangguran.
Chart 5.1
Dimulai dari tahun 2008, gelombang pengangguran di Yunani bertambah cukup signifikan, dengan pertumbuhan ekonomi yang juga angin-anginan, maka akan sulit untuk menghindari situasi ini.

Chart 5.2
Pengangguran yang terus meningkat justru tidak diimbangi dengan tersediannya lowongan kerja yang memadai (terlihat dari chart 3.2). Jumlah lowongan kerja juga ikut menurun. Wajar jika memang kondisinya deflasi, yang sudah disebutkan sebelumnya jika penjualan barang berkurang sehingga membuat pendapatan menjadi menyusut. Sehingga perusahaan berusaha melakukan efisiensi (baca: PHK) agar perusahaan bisa terus eksis.

Yunani "Ditendang" dari Zona Euro?

Menurut duta besar Jerman untuk Indonesia, Georg Witschel, mengatakan bahwa Jerman menginginkan Yunani untuk tetap berada di zona Eropa dan berharap pemerintah Yunani melakukan reformasi.
"Strategi kami yang jelas adalah kami ingin menjaga Yunani tetap ada di zona Euro. Kami ingin Yunani meneruskan reformasi yang telah dimulai," tutur Witschel di kantor Wapres, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (12/1). sumber:merdeka.com

Namun, disisi lain warga Yunani yang mayoritasnya memilih untuk menolak utang baru lebih condong untuk keluar dari zona Eropa dan memilih untuk menggunakan mata uang yang baru, yakni Drachma.
"Kami perlu mendeklarasikan tidak membutuhkan utang, kembali ke drachma, dan pemerintah bisa menyesuaikan nilai tukarnya," kata Najia, 47 tahun, yang bekerja sebagai pegawai pemerintah. sumber:detikfinance.com
Ekonomi Yunani memang kecil besarannya terhadap zona Eropa, yang hanya sekitar 2%. Tetapi jika Yunani benar keluar dari zona Eropa, maka bisa dipertanyakan dimana kesolidan Uni Eropa terhadap negara anggotanya yang terkena masalah? Bukan tidak mungkin dengan keluarnya Yunani akan disusul oleh negara lainnya seperti Italia, Portugal dan Spanyol yang juga sedang mengalami resesi paska krisis Eropa. Dengan wacana keluarnya Yunani saja sudah membuat nilai mata uang Euro melemah, bagaimana jika hal itu benar-benar menjadi kenyataan?

Ingat juga, dari pernyataan dubes Jerman untuk Indonesia yang menginginkan Yunani untuk tetap di zona Euro dan juga mengharapkan perbaikan di negara itu karena Jerman merupakan negara terbesar dalam pemberian utang kepada Yunani. Hal yang menjadi perhatian adalah jika utang Yunani kepada Jerman tidak bisa dilunasi dan hal itu dapat memengaruhi kondisi perekonomian Jerman yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar di zona Eropa atau berada di  peringkat empat di dunia dengan PDB terbesar.

Sedangkan Indonesia memiliki hubungan erat dengan Jerman terkait dengan perdagangan luar negeri. Menurut data dari BPS, nilai ekspor Indonesia kepada Jerman tahun 2014 nilainya mencapai 5,74 milliar euro. Sedangkan nilai transaksi dengan Yunani sangat kecil, hanya mencapai 200 juta us dollar. Sehingga dengan bangkrutnya Yunani memiliki pengaruh yang sedikit sekali terhadap perdagangan luar negeri Indonesia.

Credit Data & Graphic: id.tradingeconomics