Sabtu, 31 Desember 2016

Inspirasi 60 tahun Astra: Harmonisasi Langkah Bersama Bangsa




Napak Tilas Perjalanan Astra International

Haloo pembaca yang budiman, seberapa seringkah kita melihat mobil bermerek Toyota atau Daihatsu di jalanan? Bisa dipastikan jawabannya sering dong? Atau mungkin bagi para pembaca yang menggeluti dunia tambang sudah tidak asing lagi dengan alat-alat berat dari United Tractors bukan? Sedikit bergeser ke sektor agribisnis, nama Astra Agro Lestari menjadi salah satu perusahaan terkemuka di bidangnya dan mungkin sebagian dari pembaca juga tidak asing lagi dengan kiprah Bank Permata, selain itu bagi masyarakat yang pernah melakukan pembelian motor secara kredit tidak asing lagi dengan FIF. Sebenarnya masih banyak lagi anak perusahaan dari Astra ini yang jika ditotal semuanya berjumlah sekitar 200 perusahaan (termasuk anak perusahaan, perusahaan asosiasi dan badan hukum yang dikendalikan bersama/jointly controlled entities) dan lebih dari 200.000 tenaga kerja di tahun 2016. Yap, berbagai contoh yang sudah penulis sebutkan merupakan anak perusahaan dari sebuah korporasi lokal bernama PT. Astra International Tbk atau yang seringkali disebut Astra.

Dari banyaknya anak perusahaan Astra yang bergerak di berbagai sektor industri, maka tak heran jika kita memandang bahwa Astra merupakan perusahaan yang sangat besar. Salah satu bukti nyatanya, nilai kapitalisasi pasar Astra mencapai sekitar Rp 300 triliun di tahun 2016 dengan harga saham Rp 8.275 per lembarnya (setelah melakukan pemecahan saham 1:10). Alhasil, saham perusahaan yang berkode “ASII” ini menjadi primadona bagi kalangan investor saham.

Pencapaian yang luar biasa tadi bukan dicapai dengan mudah atau dengan waktu singkat, namun Astra juga melalui berbagai lika-liku kehidupan bisnis hingga bisa menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia saat ini.

Astra lahir pada tahun 1957 oleh William Soeryadjaya. Bisnis awal Astra kala itu adalah distributor minuman ringan dan ekspor komoditas. Selang beberapa tahun kemudian, sektor yang otomotif dirambah oleh Om William dan kolega saat mengerjakan proyek pembangunan Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan mengimpor truk Amerika.

Pengerjaan proyek Stadion Utama Gelora Bung Karno menjadi titik inti dalam perkembangan perusahaan, selang beberapa tahun kemudian Om William sukses menggandeng Toyota sebagai mitra Astra untuk memasarkan mobil Toyota di Indonesia. Pada tahun 1972, Astra juga kembali berhasil melakukan kerja sama dengan Honda untuk menjual motor Honda di Indonesia. Ekspansi perusahaan tidak berhenti dalam dunia otomotif saja, pasca 2 tahun mendapatkan hak distributor dari Honda, Astra mendirikan perusahaan di bidang alat berat dengan anak perusahaan yang bernama United Tractors. 

Om William, sang pendiri perusahaan memahami bahwa perusahaan tidak bisa sejahtera sendiri, melainkan sejahtera bersama masyarakatnya. Oleh karena itu, Astra mendirikan Yayasan Toyota Astra yang menjadi representatif perusahaan dalam sosial masyarakat khususnya dalam bidang pendidikan.

Yayasan ini berperan dalam penyediaan beasiswa pelajar ataupun mahasiswa, menyalurkan dana riset serta dana infrastruktur pendidikan.

Roda bisnis Astra yang seperti rantai, saling terhubung antara satu sektor dengan sektor yang lain membuat Astra mendirikan Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) di tahun 1980. Inti dari kegiatan yang dilakukan YDBA ini adalah melakukan pengembangan dan pembinaan bagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang berkutat pada sektor bahan baku industri.

Dalam kurun waktu 1980 hingga 1982, Astra mendirikan dua perusahaan sekaligus. Yaitu, PT. Raharja Sedaya yang bergerak di sektor pembiayaan dan Astra Agro Lestari di bidang perkebunan kelapa sawit.

Melihat kinerja perusahaan yang ciamik, para pengambil kebijakan Astra semakin mantap untuk mencari dana dari pasar modal. Hal tersebut menjadi kenyataan di tahun 1990 dan karena investor sangat yakin dengan prospek perusahaan ini membuat harga saham di hari pertama naik menjadi Rp. 33.000 per lembar dari harga ketika IPO (intial public offering) pada harga Rp 14.850 per lembar saham.

Namun, sama seperti roda yang berputar yang pada suatu waktu berada di atas dan kemudian berada di bawah. Hal ini juga berlaku terhadap Astra. Bangkrutnya Bank Summa milik keluarga Om William membuat beliau harus melepaskan seluruh saham Astra yang telah ia lahir dan kembangkan guna menutupi kerugian bank tersebut. Krisis moneter di tahun 1998 yang menerjang wilayah Asia menjadi badai yang meluluh lantakkan kegiatan perekonomian (dan berbagai dimensi kehidupan) bangsa Indonesia. Astra yang notabene merupakan perusahaan yang menjanjikan tidak bisa lepas dari bayang-bayang gelap krismon 98.

Dikala kegiatan bisnis sedang mengalami kontraksi berat, nilai rupiah terdepresiasi (melemah) ditambah bunga utang yang meninggi, membuat Astra mengalami kerugian sebesar Rp 3,7 triliun. Alhasil, perusahaan melakukan efisiensi besar-besaran dengan mengurangi tenaga kerja dan menjual beberapa anak perusahaannya seperti PT Berau Coal, PT Astra Micro Technology dan lain-lain.

Paska krisis, Astra melakukan berbagai macam pembenahan, seperti melakukan restrukturisasi utang, merilis mobil tipe terbaru yakni Taruna dan Legenda untuk sepeda motor.

Pembenahan tidak berhenti sampai disitu, pada tahun 2001 Astra berkomitmen untuk menjadi Good Corporate Gobernance (GCG) dengan melakukan pembaharuan Buku Panduan dalam Etika Bisnis dan Etika Kerja.

Selang 6 tahun paska krismon 98, Astra yang melihat pasar mobil telah pulih meluncurkan Toyota Avanza dan Daihatsu Terios yang sampai tulisan ini dibuat kedua merek hasil kolaborasi Toyota, Daihatsu dan Astra masih merajai penjualan mobil di Indonesia.  

Kolaborasi antara ketiga entitas terus berlanjut ketika Astra merilis Toyota Rush dan Daihatsu Terios hingga yang terakhir Toyota Agya dan Daihatsu Ayla yang merupakan mobil yang mengandung mayoritas komponen lokal.

Seperti yang sudah dilakukan Astra di masa lalu ketika ingin mengembangkan kegiatan usaha yang saling berkaitan dengan usaha lainnya, Astra kemudian mendirikan PT Toyota Astra Financial Services pada tahun 2006 untuk pembiayaan mobil serta pembiayaan untuk sepeda motor yakni Federal International Services (FIF).

Vitalnya Peran Om William dalam Membangun Astra

Dari suksesnya sebuah perusahaan, pasti terdapat seseorang yang berada di balik layar. Jika Apple memiliki mendiang Steve Jobs dan Microsoft terdapat Bill Gates, begitu pula dengan Astra yang merupakan hasil binaan dari Om William.

Filosofis Om William dalam menjalankan bisnisnya menjadikan Astra seperti perusahaan yang kita kenal sekarang. Filosofis beliau kemudian diterjemahkan ke dalam Catur Dharma Astra.


Nilai-nilai perusahaan yang diinternalisasikan oleh Om William melekat sangat kuat walau kini sudah tidak dalam kendali beliau lagi karena nilai-nilai perusahaan sudah terpatri dengan baik pada berbagai lapisan manajemen dan karyawan Astra. Sehingga wajar jika Astra menjadi salah satu perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance terbaik di Indonesia yang menerapkan profesionalisme, transparan, hingga membangun SDM yang handal.


Bercermin pada Catur Dharma Astra yang pertama, yakni “menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara” membuat Astra sangat peka terhadap masalah-masalah sosial terutama di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan dan usaha kecil menengah. Penulis akan menguraikan kontribusi Astra dalam masing-masing sektor CSR (Corporate Social Responbility).

CSR Astra di Bidang Pendidikan

Sudah lazim kita ketahui, bahwa pendidikan merupakan salah satu tools yang dapat digunakan untuk membangun manusia. Karena dengan pendidikan manusia bisa memiliki pengetahuan dan keahlian yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja atau membuka usaha sendiri.


Pada tahun 2015, Astra melalui berbagai Yayasan yang bergerak khusus di sektor pendidikan melakukan berbagai kegiatan tanggung jawab sosial seperti memberikan beasiswa reguler kepada 2.960 anak sekolah dan 543 mahasiswa serta bantuan biaya peneilitian disertasi. Jika digabung, terdapat 3.518 orang yang menerima manfaat dari kegiatan yang dibawahi oleh Yayasan Toyota dan Astra dengan dana kelolaan Rp 45 miliar.

Pemberian Beasiswa oleh YIA pada Ulang Tahun Fakultas Teknik UI

Kemudian kontribusi Astra bagi bangsa di bidang pendidikan juga dilakukan oleh Yayasan Astra Bina Ilmu yang telah memberikan beasiswa kepada 2.718 mahasiswa Polman Astra sejak tahun 1995 serta total dana pengelolaa sebesar Rp 33, 908 milliar.

Pemberian Beasiswa kepada Salah Satu Mahasiswa Polman

Mengetahui jika inti bisnis Astra adalah di bidang otomotif, membuat Astra juga turut berkontribusi dalam melakukan pendidikan dalam hal berlalu lintas. Kegiatan ini dihandle oleh Yayasan Astra Honda Motor, yayasan yang mengelola dana sosial sebesar Rp 5,16 milliar ini telah memberikan manfaat kepada 1.812 orang di tahun lalu. Selain beasiswa, Yayasan Astra Honda Motor juga memberikan bantuan pembangunan ruang kelas di SMP Fajar Sentosa (Cileungsi) dan perbaikan talud di SDIN Samigaluh (Yogyakarta). Selain itu, yayasan ini juga telah mengadakan training road safety dan mendistribusikan buku panduan safety riding di Bali, Jambi dan Yogyakarta.

Dengan terbatasnya dana pemerintah untuk sektor pendidikan (30 persen dari APBN) tentu membatasi manuver pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas pendidikan yang juga sedikit banyak akan berpengaruh kepada jumlah manusia terdidik di Indonesia. Maka, kehadiran Astra lewat berbagai yayasan dan kegiatannya patut disyukuri dan diapresiasi oleh masyarakat. Selain itu, dari sisi perushaan dengan melakukan kegiatan sosial di bidang pendidikan berarti memenuhi Catur Dharma Astra yang pertama. Karena Astra sadar, dengan meningkatkan taraf pendidikan para penerima beasiswa, maka di masa depan mereka yang saat ini mendapatkan bantuan bisa menyongsong masa depan dengan lebih cerah.

CSR Astra di Bidang Lingkungan

Pada dasarnya, aktifitas ekonomi dengan lingkungan memiliki hubungan yang negatif. Artinya, jika suatu bangsa atau perusahaan ingin mempercepat pertumbuhan ekonominya, maka mau tidak mau lingkungan akan lebih rusak. Begitu pula sebaliknya, jika para pengambil kebijakan sangat concern terhadap lingkungan, maka kegiatan bisnislah yang musti dikurangi. Dari kedua pilihan tersebut, yang terbaik adalah yang seimbang. Ekonomi tumbuh diiringi dengan penjagaan lingkungan.

Dalam skala perusahaan, aktifitas perusahaan juga bisa membawa dampak negatif kepada sekitarnya (dalam kasus ini lingkungan) yang biasa disebut dalam ekonomi sebagai “eksternalitas negatif”. Ada beberapa cara yang bisa diambil untuk meminimalisir dampak negatif ini, misalnya dengan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan, teknologi pengolahan limbah hingga pengenaan pajak limbah.

Astra, sebagai salah satu perusahaan besar di Indonesia memiliki Astra Green Company  yang menjadi pioneer dalam tanggung jawab perusahaan di bidang lingkungan hidup. Kegiatan yang dilakukan oleh Astra dalam melestarikan lingkungan ialah dengan menanam 550.000 pohon di Eco Edu Forest Bogor dan menanam 26.700 pohon mangrove. Selain itu, sekitar tahun 1960 kala wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta begitu kering, Astra memberikan kontribusi berupa pendanaan sebesar Rp 1,1 milliar kepada UGM untuk merehabilitasi hutan Wanagama. Alhasil, Wanagama dijadikan tempat pendidikan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian dan pengembangan varietas tanaman unggul.
Pada saat ini paradigma pembangunan ekonomi sudah berasaskan pembangunan yang berkelanjutan atau yang biasa dikenal dengan singkatan SDG (Sustainable Development Goals) yang dituju dengan konsep green economy. Untuk di Indonesia sendiri, sejak tahun 2009 dibuat Indeks Sustainable and Responsible Investment (SRI) Kehati yang menjadi indikator 25 perusahaan telah memenuhi pelestarian lingkungan. Astra sendiri lewat anak usahanya di bidang perkebunan kelapa sawit, Astra Agro Lestari (AALI) termasuk ke dalam indeks karena dalam menjalankan aktifitas bisnisnya, AALI juga memperhatikan isu lingkungan. Jika dilihat Astra secara keseluruhan, umumnys perusahaan sudah mengakomodir kepentingan lingkungan dalam menjalankan roda bisnisnya lewat berbagai macam penganugerahaan yang telah didapatnya seperti Proper Biru Hijau, ISO 14001, OHSAS 18001 dan lain-lain.

AALI saat Memperoleh Penghargaan SRI Kehati
CSR Astra di Bidang Kesehatan dan Sosial Keagamaan
Kesehatan menjadi salah satu indikator dasar yang mengukur apakah suatu kehidupan manusia. Dalam pemberdayaan di bidang kesehatan, Astra memiliki tiga jenis CSR. Yakni Posyandu, Mobil Sehat dan donor darah ke PMI.
Pada tahun 2015, Astra mengumpulkan 48.037 kantong darah. Untuk bidang sosial keagamaan, Astra memberikan bantuan kepada 605 anak penerima beasiswa. Selain beasiswa, kegiatan training motivasi, operasional rumah tahfidz, seminar parenting, santunan anak yatim dan dhuafa hingga kajian mungguan dan bulanan menjadi kegiatan Astra di bidang CSR sosial keagamaan.

Acara Seremoni Penerimaan Penghargaan CSR Astra Bersama Gubernur Jawa Barat


CSR Astra di Bidang Income Generating Activities dan Pemberdayaan UKM
Kontribusi UKM dalam pertumbuhan ekonomi nasional tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika dilihat dari penyerapan tenaga kerjanya, sektor UKM mendominasi serapan tenaga kerja yang ada di Indonesia.
"Jadi kita jangan main-main dengan UMKM. Bahkan, penyerapan tenaga kerja hampir 91 persen di sektor usaha kecil," ujar staf ahli Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Destry Damayanti
Dari fakta di atas, maka pengembangan di sektor ini menjadi alternatif yang baik bagi pemerintah guna mengurangi jumlah pengangguran di pasar kerja. Di sisi lain, Astra juga ikut berkontribusi membantu negara untuk mengembangkan sektor UKM ini. Tanggung jawab perusahaan di bidang ini diemban oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra. Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra yang mengelola dana sosial sebesar Rp 13,084 miliar sepanjang tahun 2015 lalu, yaitu:
-          Membina 8.192 UMKM dan 83 UMKM mandiri
-          Mendirikan 14 Lembaga Pengembangan Bisnis
-          Mendirikan 10 Lembanga Keuangan Mikro
-          Mengadakan 99 pelatihan
-          Pendampingan 114 UMKM
-          Memfasilitasi akses pemasaran kepada 254 UMKM
-          Memfasilitasi akses pembiayaan kepada 64 UMKM
-          Menyerap 61.385 tenaga kerja


YDBA Nyalakan Api Perdana Biogas di Kalimantan Selatan 
Penutup 
Dari uraian di atas kita secara individu bisa belajar banyak dari cerita tentang Astra International. Mulai dari awal mula serta jatuh bangunnya perjalanan Astra International hingga menjadi perusahaan besar saat ini, keuletan dan kegigihan sang pendiri perusahaan Om William dalam membangun Astra yang juga termasuk menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan Om William yang kini menjadi nilai perusahaan yang bernama Catur Dharma. Bahwa, ketika kita berada di posisi bawah roda kehidupan, jangan menyerah, terus bekerja keras dan melakukan norma-norma kebaikan yang berlaku. Lalu, ketika kita berganti posisi menjadi di atas, maka kita juga jangan lupa daratan. Kita tetap memberi kepada pihak yang tidak mampu, menawarkan bantuan apa yang bisa kita bantu.
Intinya, jangan sombong. Astra memang menjadi salah satu besar saat ini, namun hal yang membuatnya lebih bernilai adalah masih diimplementasikannya nilai-nilai Catur Dharma; Menjadi Milik yang Bermanfaat Bagi Bangsa dan Negara, Memberikan Pelayanan Terbaik kepada Pelanggan, Menghargai Individu dan Membina Kerjasama dan Berusaha Mencapai yang Terbaik, walaupun sang pendiri sudah tiada. Dengan begini, saya pribadi yakin jika Astra masih akan tetap ada hingga 1 abad kemudian. Bahkan, dengan ukuran yang lebih besar lagi.

Selamat Ulang Tahun Astra yang ke-60 
Referensi
Laporan Berkelanjutan Sustainability Report 2015
https://www.astra.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar