Senin, 04 April 2016

Antara Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan


Manusia, untuk bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya di dunia ini pasti akan sangat tergantung dengan kondisi lingkungan yang ada disekitarnya. Namun, kondisi lingkungan juga akan sangat bergantung dengan bagaimana perbuatan dan sikap manusia. Lihat bagaimana terjadinya kebakaran hutan yang terjadi di beberapa titik hutan di Sumatera dan juga Kalimantan. Walaupun terdapat faktor alam yang menyertainya (karena terjadi dalam musim panas), tetapi manusia yang tak bermoral-lah yang memiliki peran besar dalam bencana kebakaran hutan tersebut. Kemudian, dari alam jugalah semua sumber kehidupan manusia dapat dipenuhi. Mulai dari kebutuhan pokok seperti pangan, sandang dan papan, hingga untuk memenuhi kebutuhan tersier manusia seperti perhiasan, kendaraan atau bisa juga bangunan landmark (untuk menandakan superioritas suatu negara). Sehingga akibat dari itu, maka alam kemudian akan dieksploitasi besar-besaran guna memenuhi kebutuhan (dan juga keegoisan?) manusia itu sendiri.

Apakah alam memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan (dan juga keinginan) manusia yang tidak terbatas? Tentu tidak (oleh karena latar belakang itu muncul lah ilmu ekonomi), karena disaat populasi manusia bertambah (yang mengakibatkan bertambahnya pula kebutuhannya pada alam sehingga eksploitasi alam semakin gencar) jumlah kuantitas (barang) yang alam sediakan tidaklah bertambah, malah berkurang akibat eksploitasi tersebut. Pilihannya ada dua. Pertama, kurangi eksploitasi alam. Kedua, temukan sumber daya alternatif untuk mengurangi ketergantungan dari penggunaan sumber daya alam tersebut.

Pertanyaannya, solusi yang manakah yang dapat (atau bisa diaplikasikan) bagi Indonesia (dan untuk umat manusia secara keseluruhan sebagai manajer alam)?

Efek Pertumbuhan Ekonomi serta Penduduk dengan Lingkungan

Dengan kecenderungan penduduk di bumi (dan Indonesia) yang terus bertambah, maka hal ini juga sedikit banyak akan menandakan bahwa kebutuhan manusia yang berasal dari alam juga meningkat, maka dapat dipastikan bahwa manusia sulit untuk menahan diri untuk mengeksploitasi alam.



Indonesia berada di posisi ke-empat dalam hal jumlah penduduk terbanyak di dunia juga pasti akan terjebak dalam dilemma antara menjaga ketersediaan sumber daya alam dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Karena bagaimanapun, sejak era VOC berdagang di masa penjajahan, pola ekonomi Indonesia tetaplah mengandalkan ekspor barang-barang mentah yang langsung diambil dari bumi Indonesia. Mari kita lihat total ekspor SDA negara Indonesia dalam beberapa waktu belakangan.

Dari tabel yang saya olah dengan menggunakan data dari Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa jika total ekspor batu bara di Indonesia dari tahun 2002 hingga 2013 yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.



Masih berdasarkan sumber yang sama, hal yang relatif tidak jauh berbeda juga ditunjukan oleh jumlah ekspor kelapa sawit kepada negara-negara luar. Walaupun sempat mengalami penurunan sedikit di tahun 2011, namun setelah itu ekspor CPO ke LN semakin melejit.


Kemudian yang terakhir, saya menyajikan data ekspor karet sejak dari tahun 2000 hingga 2013. Nampak tidak ada peningkatan yang eksponensial dari total ekspor karet ke luar negeri. Tetapi jika dilihat dari arah pergerakan chart, bahwa tetap terjadi peningkatan jumlah ekspor yang berarti menandakan bahwa eksploitasi hasil sumber daya alam yang juga makin meningkat kecenderungannya.



Memang, kenyataannya sulit bagi negara (terutama negara berkembang) untuk menahan diri dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang dihasilkan oleh negaranya. Karena bagaimanapun negara berkembang membutuhkan pemasukan dari hasil ekspor impor guna meningkatkan pertumbuhan ekonominya, disamping mereka belum bisa memproduksi barang-barang jadi yang tentu secara nilai akan lebih tinggi harganya jika dibandingkan dengan mengekspor barang mentah.

Namun, sedikit renungan dari saya.

Jika air yang kita manfaatkan untuk minum semakin menghitam karena limbah,
Jika tanah yang kita duduki tidak mampu menghasilkan pangan,
Jika udara yang kita hirup hanyalah asap-asap pabrik,

Lantas, apakah kita bisa meminum, memakan, atau menghirup uang untuk memenuhi kebutuhan kita semua?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar