Napak Tilas
Perjalanan Astra International
Haloo pembaca yang budiman, seberapa seringkah kita
melihat mobil bermerek Toyota atau Daihatsu di jalanan? Bisa dipastikan jawabannya
sering dong? Atau mungkin bagi para pembaca yang menggeluti dunia tambang sudah
tidak asing lagi dengan alat-alat berat dari United Tractors bukan? Sedikit
bergeser ke sektor agribisnis, nama Astra Agro Lestari menjadi salah satu
perusahaan terkemuka di bidangnya dan mungkin sebagian dari pembaca juga tidak
asing lagi dengan kiprah Bank Permata, selain itu bagi masyarakat yang pernah
melakukan pembelian motor secara kredit tidak asing lagi dengan FIF. Sebenarnya
masih banyak lagi anak perusahaan dari Astra ini yang jika ditotal semuanya
berjumlah sekitar 200 perusahaan (termasuk anak perusahaan, perusahaan asosiasi
dan badan hukum yang dikendalikan bersama/jointly controlled entities) dan lebih dari 200.000 tenaga kerja di tahun
2016. Yap, berbagai contoh
yang sudah penulis sebutkan merupakan anak perusahaan dari sebuah korporasi
lokal bernama PT. Astra International Tbk atau yang seringkali disebut Astra.
Dari banyaknya anak perusahaan Astra yang bergerak
di berbagai sektor industri, maka tak heran jika kita memandang bahwa Astra
merupakan perusahaan yang sangat besar. Salah satu bukti nyatanya, nilai
kapitalisasi pasar Astra mencapai sekitar Rp 300 triliun di tahun 2016 dengan
harga saham Rp 8.275 per lembarnya (setelah melakukan pemecahan saham 1:10).
Alhasil, saham perusahaan yang berkode “ASII” ini menjadi primadona bagi
kalangan investor saham.
Pencapaian yang luar biasa tadi bukan dicapai dengan
mudah atau dengan waktu singkat, namun Astra juga melalui berbagai lika-liku
kehidupan bisnis hingga bisa menjadi salah satu perusahaan terbesar di
Indonesia saat ini.
Astra lahir pada tahun 1957 oleh William Soeryadjaya.
Bisnis awal Astra kala itu adalah distributor minuman ringan dan ekspor
komoditas. Selang beberapa tahun kemudian, sektor yang otomotif dirambah oleh
Om William dan kolega saat mengerjakan proyek pembangunan Stadion Utama Gelora
Bung Karno dengan mengimpor truk Amerika.
Pengerjaan proyek Stadion Utama Gelora Bung Karno
menjadi titik inti dalam perkembangan perusahaan, selang beberapa tahun
kemudian Om William sukses menggandeng Toyota sebagai mitra Astra untuk
memasarkan mobil Toyota di Indonesia. Pada tahun 1972, Astra juga kembali
berhasil melakukan kerja sama dengan Honda untuk menjual motor Honda di
Indonesia. Ekspansi perusahaan tidak berhenti dalam dunia otomotif saja, pasca
2 tahun mendapatkan hak distributor dari Honda, Astra mendirikan perusahaan di
bidang alat berat dengan anak perusahaan yang bernama United Tractors.
Yayasan ini berperan dalam penyediaan beasiswa
pelajar ataupun mahasiswa, menyalurkan dana riset serta dana infrastruktur
pendidikan.
Roda bisnis Astra yang seperti rantai, saling
terhubung antara satu sektor dengan sektor yang lain membuat Astra mendirikan
Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) di tahun 1980. Inti dari kegiatan yang
dilakukan YDBA ini adalah melakukan pengembangan dan pembinaan bagi para pelaku
usaha mikro, kecil dan menengah yang berkutat pada sektor bahan baku industri.
Dalam kurun waktu 1980 hingga 1982, Astra mendirikan
dua perusahaan sekaligus. Yaitu, PT. Raharja Sedaya yang bergerak di sektor
pembiayaan dan Astra Agro Lestari di bidang perkebunan kelapa sawit.
Melihat kinerja perusahaan yang ciamik, para
pengambil kebijakan Astra semakin mantap untuk mencari dana dari pasar modal. Hal
tersebut menjadi kenyataan di tahun 1990 dan karena investor sangat yakin
dengan prospek perusahaan ini membuat harga saham di hari pertama naik menjadi
Rp. 33.000 per lembar dari harga ketika IPO (intial public offering) pada harga Rp 14.850 per lembar saham.
Namun, sama seperti roda yang berputar yang pada suatu
waktu berada di atas dan kemudian berada di bawah. Hal ini juga berlaku
terhadap Astra. Bangkrutnya Bank Summa milik keluarga Om William membuat beliau
harus melepaskan seluruh saham Astra yang telah ia lahir dan kembangkan guna
menutupi kerugian bank tersebut. Krisis moneter di tahun 1998 yang menerjang
wilayah Asia menjadi badai yang meluluh lantakkan kegiatan perekonomian (dan
berbagai dimensi kehidupan) bangsa Indonesia. Astra yang notabene merupakan
perusahaan yang menjanjikan tidak bisa lepas dari bayang-bayang gelap krismon
98.
Dikala kegiatan bisnis sedang mengalami kontraksi
berat, nilai rupiah terdepresiasi (melemah) ditambah bunga utang yang meninggi,
membuat Astra mengalami kerugian sebesar Rp 3,7 triliun. Alhasil, perusahaan
melakukan efisiensi besar-besaran dengan mengurangi tenaga kerja dan menjual
beberapa anak perusahaannya seperti PT Berau Coal, PT Astra Micro Technology
dan lain-lain.
Paska krisis, Astra melakukan berbagai macam
pembenahan, seperti melakukan restrukturisasi utang, merilis mobil tipe terbaru
yakni Taruna dan Legenda untuk sepeda motor.
Pembenahan tidak berhenti sampai disitu, pada tahun
2001 Astra berkomitmen untuk menjadi Good
Corporate Gobernance (GCG) dengan melakukan pembaharuan Buku Panduan dalam
Etika Bisnis dan Etika Kerja.
Selang 6 tahun paska krismon 98, Astra yang melihat
pasar mobil telah pulih meluncurkan Toyota Avanza dan Daihatsu Terios yang
sampai tulisan ini dibuat kedua merek hasil kolaborasi Toyota, Daihatsu dan
Astra masih merajai penjualan mobil di Indonesia.
Kolaborasi antara ketiga entitas terus berlanjut
ketika Astra merilis Toyota Rush dan Daihatsu Terios hingga yang terakhir
Toyota Agya dan Daihatsu Ayla yang merupakan mobil yang mengandung mayoritas
komponen lokal.
Seperti yang sudah dilakukan Astra di masa lalu
ketika ingin mengembangkan kegiatan usaha yang saling berkaitan dengan usaha
lainnya, Astra kemudian mendirikan PT Toyota Astra Financial Services pada
tahun 2006 untuk pembiayaan mobil serta pembiayaan untuk sepeda motor yakni
Federal International Services (FIF).
Vitalnya Peran
Om William dalam Membangun Astra
Dari suksesnya sebuah perusahaan, pasti terdapat
seseorang yang berada di balik layar. Jika Apple memiliki mendiang Steve Jobs
dan Microsoft terdapat Bill Gates, begitu pula dengan Astra yang merupakan
hasil binaan dari Om William.
Filosofis Om William dalam menjalankan bisnisnya
menjadikan Astra seperti perusahaan yang kita kenal sekarang. Filosofis beliau
kemudian diterjemahkan ke dalam Catur Dharma Astra.
Nilai-nilai perusahaan yang diinternalisasikan oleh
Om William melekat sangat kuat walau kini sudah tidak dalam kendali beliau lagi
karena nilai-nilai perusahaan sudah terpatri dengan baik pada berbagai lapisan
manajemen dan karyawan Astra. Sehingga wajar jika Astra menjadi salah satu
perusahaan yang menerapkan Good Corporate
Governance terbaik di Indonesia yang menerapkan profesionalisme,
transparan, hingga membangun SDM yang handal.
Bercermin pada Catur Dharma Astra yang pertama,
yakni “menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara” membuat Astra
sangat peka terhadap masalah-masalah sosial terutama di bidang pendidikan,
kesehatan, lingkungan dan usaha kecil menengah. Penulis akan menguraikan
kontribusi Astra dalam masing-masing sektor CSR (Corporate Social Responbility).
CSR
Astra
di Bidang Pendidikan
Sudah lazim kita ketahui, bahwa pendidikan merupakan
salah satu tools yang dapat digunakan
untuk membangun manusia. Karena dengan pendidikan manusia bisa memiliki
pengetahuan dan keahlian yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja atau membuka
usaha sendiri.
Pada tahun 2015, Astra melalui berbagai Yayasan yang
bergerak khusus di sektor pendidikan melakukan berbagai kegiatan tanggung jawab
sosial seperti memberikan beasiswa reguler kepada 2.960 anak sekolah dan 543
mahasiswa serta bantuan biaya peneilitian disertasi. Jika digabung, terdapat
3.518 orang yang menerima manfaat dari kegiatan yang dibawahi oleh Yayasan
Toyota dan Astra dengan dana kelolaan Rp 45 miliar.
Pemberian Beasiswa oleh
YIA pada Ulang Tahun Fakultas Teknik UI
Kemudian kontribusi Astra bagi bangsa di bidang
pendidikan juga dilakukan oleh Yayasan Astra Bina Ilmu yang telah memberikan
beasiswa kepada 2.718 mahasiswa Polman Astra sejak tahun 1995 serta total dana
pengelolaa sebesar Rp 33, 908 milliar.
Pemberian Beasiswa
kepada Salah Satu Mahasiswa Polman
Mengetahui jika inti bisnis Astra adalah di bidang
otomotif, membuat Astra juga turut berkontribusi dalam melakukan pendidikan
dalam hal berlalu lintas. Kegiatan ini dihandle
oleh Yayasan Astra Honda Motor, yayasan yang mengelola dana sosial sebesar
Rp 5,16 milliar ini telah memberikan manfaat kepada 1.812 orang di tahun lalu.
Selain beasiswa, Yayasan Astra Honda Motor juga memberikan bantuan pembangunan
ruang kelas di SMP Fajar Sentosa (Cileungsi) dan perbaikan talud di SDIN
Samigaluh (Yogyakarta). Selain itu, yayasan ini juga telah mengadakan training road safety dan mendistribusikan buku
panduan safety riding di Bali, Jambi
dan Yogyakarta.
Dengan terbatasnya dana pemerintah untuk sektor
pendidikan (30 persen dari APBN) tentu membatasi manuver pemerintah untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas pendidikan yang juga sedikit
banyak akan berpengaruh kepada jumlah manusia terdidik di Indonesia. Maka,
kehadiran Astra lewat berbagai yayasan dan kegiatannya patut disyukuri dan
diapresiasi oleh masyarakat. Selain itu, dari sisi perushaan dengan melakukan
kegiatan sosial di bidang pendidikan berarti memenuhi Catur Dharma Astra yang
pertama. Karena Astra sadar, dengan meningkatkan taraf pendidikan para penerima
beasiswa, maka di masa depan mereka yang saat ini mendapatkan bantuan bisa
menyongsong masa depan dengan lebih cerah.
CSR Astra di
Bidang Lingkungan
Pada dasarnya, aktifitas ekonomi dengan lingkungan
memiliki hubungan yang negatif. Artinya, jika suatu bangsa atau perusahaan
ingin mempercepat pertumbuhan ekonominya, maka mau tidak mau lingkungan akan
lebih rusak. Begitu pula sebaliknya, jika para pengambil kebijakan sangat
concern terhadap lingkungan, maka kegiatan bisnislah yang musti dikurangi. Dari
kedua pilihan tersebut, yang terbaik adalah yang seimbang. Ekonomi tumbuh
diiringi dengan penjagaan lingkungan.
Dalam skala perusahaan, aktifitas perusahaan juga
bisa membawa dampak negatif kepada sekitarnya (dalam kasus ini lingkungan) yang
biasa disebut dalam ekonomi sebagai “eksternalitas negatif”. Ada beberapa cara
yang bisa diambil untuk meminimalisir dampak negatif ini, misalnya dengan
penggunaan teknologi yang ramah lingkungan, teknologi pengolahan limbah hingga
pengenaan pajak limbah.
Astra, sebagai salah satu perusahaan besar di
Indonesia memiliki Astra Green Company yang menjadi pioneer dalam tanggung jawab perusahaan di bidang lingkungan hidup.
Kegiatan yang dilakukan oleh Astra dalam melestarikan lingkungan ialah dengan
menanam 550.000 pohon di Eco Edu Forest Bogor dan menanam 26.700 pohon mangrove. Selain itu, sekitar tahun 1960 kala wilayah Gunung
Kidul, Yogyakarta begitu kering, Astra memberikan kontribusi berupa pendanaan
sebesar Rp 1,1 milliar kepada UGM untuk merehabilitasi hutan Wanagama. Alhasil,
Wanagama dijadikan tempat pendidikan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian
dan pengembangan varietas tanaman unggul.
Pada saat ini paradigma
pembangunan ekonomi sudah berasaskan pembangunan yang berkelanjutan atau yang
biasa dikenal dengan singkatan SDG (Sustainable Development Goals) yang
dituju dengan konsep green economy. Untuk
di Indonesia sendiri, sejak tahun 2009 dibuat Indeks Sustainable and Responsible Investment (SRI) Kehati yang menjadi
indikator 25 perusahaan telah memenuhi pelestarian lingkungan. Astra sendiri
lewat anak usahanya di bidang perkebunan kelapa sawit, Astra Agro Lestari (AALI) termasuk ke dalam indeks karena dalam menjalankan aktifitas bisnisnya, AALI juga
memperhatikan isu lingkungan. Jika dilihat Astra secara keseluruhan, umumnys
perusahaan sudah mengakomodir kepentingan lingkungan dalam menjalankan roda
bisnisnya lewat berbagai macam penganugerahaan yang telah didapatnya seperti
Proper Biru Hijau, ISO 14001, OHSAS 18001 dan lain-lain.
AALI saat
Memperoleh Penghargaan SRI Kehati
CSR Astra di Bidang Kesehatan dan Sosial Keagamaan
Kesehatan menjadi salah
satu indikator dasar yang mengukur apakah suatu kehidupan manusia. Dalam
pemberdayaan di bidang kesehatan, Astra memiliki tiga jenis CSR. Yakni
Posyandu, Mobil Sehat dan donor darah ke PMI.
Pada tahun 2015,
Astra mengumpulkan 48.037 kantong darah.
Untuk bidang sosial keagamaan, Astra memberikan bantuan kepada 605 anak
penerima beasiswa. Selain beasiswa, kegiatan training motivasi, operasional
rumah tahfidz, seminar parenting, santunan anak yatim dan dhuafa hingga kajian
mungguan dan bulanan menjadi kegiatan Astra di bidang CSR sosial keagamaan.
Acara Seremoni Penerimaan
Penghargaan CSR Astra Bersama Gubernur Jawa Barat
CSR
Astra di Bidang Income Generating
Activities dan Pemberdayaan UKM
Kontribusi UKM dalam pertumbuhan ekonomi
nasional tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika dilihat dari penyerapan tenaga
kerjanya, sektor UKM mendominasi serapan tenaga kerja yang ada di Indonesia.
"Jadi kita jangan
main-main dengan UMKM. Bahkan, penyerapan tenaga kerja hampir 91 persen di
sektor usaha kecil," ujar staf ahli Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Destry
Damayanti
Dari fakta di atas, maka pengembangan di sektor ini menjadi alternatif
yang baik bagi pemerintah guna mengurangi jumlah pengangguran di pasar kerja. Di
sisi lain, Astra juga ikut berkontribusi membantu negara untuk mengembangkan
sektor UKM ini. Tanggung jawab perusahaan di bidang ini diemban oleh Yayasan
Dharma Bhakti Astra. Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh Yayasan Dharma
Bhakti Astra yang mengelola dana sosial sebesar Rp 13,084 miliar sepanjang
tahun 2015 lalu, yaitu:
-
Membina 8.192 UMKM dan 83 UMKM mandiri
-
Mendirikan 14 Lembaga Pengembangan
Bisnis
-
Mendirikan 10 Lembanga Keuangan Mikro
-
Mengadakan 99 pelatihan
-
Pendampingan 114 UMKM
-
Memfasilitasi akses pemasaran kepada 254
UMKM
-
Memfasilitasi akses pembiayaan kepada 64
UMKM
-
Menyerap 61.385 tenaga kerja
YDBA Nyalakan Api
Perdana Biogas di Kalimantan Selatan
Penutup
Dari
uraian di atas kita secara individu bisa belajar banyak dari cerita tentang
Astra International. Mulai dari awal mula serta jatuh bangunnya perjalanan
Astra International hingga menjadi perusahaan besar saat ini, keuletan dan
kegigihan sang pendiri perusahaan Om William dalam membangun Astra yang juga
termasuk menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan Om William yang kini
menjadi nilai perusahaan yang bernama Catur Dharma. Bahwa, ketika kita berada
di posisi bawah roda kehidupan, jangan menyerah, terus bekerja keras dan
melakukan norma-norma kebaikan yang berlaku. Lalu, ketika kita berganti posisi
menjadi di atas, maka kita juga jangan lupa daratan. Kita tetap memberi kepada
pihak yang tidak mampu, menawarkan bantuan apa yang bisa kita bantu.
Intinya,
jangan sombong. Astra memang menjadi salah satu besar saat ini, namun hal yang
membuatnya lebih bernilai adalah masih diimplementasikannya nilai-nilai Catur
Dharma; Menjadi Milik yang Bermanfaat Bagi Bangsa dan Negara, Memberikan
Pelayanan Terbaik kepada Pelanggan, Menghargai Individu dan Membina Kerjasama
dan Berusaha Mencapai yang Terbaik, walaupun sang pendiri sudah tiada. Dengan
begini, saya pribadi yakin jika Astra masih akan tetap ada hingga 1 abad
kemudian. Bahkan, dengan ukuran yang lebih besar lagi.
Selamat Ulang Tahun Astra yang ke-60
Referensi
Laporan
Berkelanjutan Sustainability Report 2015
https://www.astra.co.id/